Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

[Cerpen] Semai - Enzelina

Semai - Aku Bermimpi

Aku bermimpi.

Aku berada di sebuah ruangan gelap dengan cahaya temaram yang hanya menyinari seorang laki-laki yang sedang duduk membelakangiku. Ada sebuah meja kayu di hadapannya.

Aku menghampirinya, lalu duduk di sebelahnya.

Ku amati wajahnya yang tak lagi asing di hatiku, dia terlihat serius belajar untuk persiapan Ujian akhirnya yang sudah ada di depan mata. Begitu serius sampai bayanganku saja tidak tertangkap oleh manik matanya. Aku menunduk, di tanganku sebuah buku LKS terbuka dengan tulisan berbahasa Inggris.

Aku merasa terabaikan.

Tega sekali dia.

Ku kerjakan satu per satu soal di buku itu sambil menggerutu dalam hati. Dia pikir, dia siapa?

Tapi tetap saja, aku tidak berani mengganggu konsentrasinya.

Sampai ku rasakan sepasang mata sedang memperhatikan wajahku dengan lekat. Ku abaikan itu karena sudah terlampau kesal padanya. Sialnya, dia tak juga berhenti.

Aku merasa dia sedang berusaha untuk mendapatkan perhatianku kembali. Tch.

Sampai akhirnya aku tidak tahan dibuatnya dan menoleh padanya dengan kesal. Pandangan kami pun akhirnya bertemu untuk pertama kalinya.

Matanya mengerling dengan kilatan jahil.

-_-

Lama aku menatapnya dengan perasaan yang sulit, namun alih-alih berbicara, dia malah terus mengamatiku dengan senyuman jahilnya. Seolah sedang mengejekku yang sedang merasa terabaikan. Sampai kemudian ku sadari, kami berada di jarak yang tidak aman.

Wajahnya begitu dekat dengan wajahku, itu membuatku berpikir dia akan memajukan dirinya dan melakukan hal yang tidak-tidak.

Terkejut aku segera menutup mulutku dengan LKS yang ku pegang.

Dia terlihat bingung.

Lalu tertawa.

Sialaan!

 

×

 

Aku mengerjap.

Bisa ku rasakan hatiku berdegup kencang dengan perasaan seperti melambung di atas awan. Itu adalah mimpi terindah tentangnya yang juga pernah ku mimpikan dulu.

Ku raba selimut yang menutupi sebagian besar sisi ranjangku yang kosong, kemudian menemukan ponselku tergeletak disana.

Sebuah gambar muncul begitu aku membuka kunci layarnya.

Kartu undangan bernuansa putih dengan bunga berwarna hijau, namanya bersanding dengan nama wanita yang selama ini asing di memoriku.

Aku tersenyum melihat tanggal yang tertera di bawahnya, juga pada foto dua insan yang sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan.

Perasaanku padanya selama enam tahun terakhir membuatku merasa hidup, namun tak cukup kuat untuk dengan percaya diri mengharapkannya memilihku pada akhirnya. Dia di hatiku begitu baik, meski pun aku tahu, semua itu tak lebih dari imajinasiku. Sebab, aku benar-benar tidak mengenalnya. Dia hanyalah salah satu senior akhirku di masa SMA dulu. Aku hanya terbiasa meliriknya dari jauh, takut dia kemudian menoleh dan menyadari keberadaanku yang akan membuatku merasa malu setengah mati.

Setelah enam tahun memendam perasaanku dan memuaskan hatiku dengan imajinasinya, aku lebih dari lega begitu mendengar kabar bahwa dia akhirnya akan berlabuh pada satu wanita. Yang tentunya bukan diriku.

Itu artinya aku terbebas dari angan-angan memabukkan ini.

Meski aku kini kelimpungan, karena hatiku tiba-tiba terasa kosong.

Air mata menggenang di pelupuk mataku. Bantal yang ada di bawahku sudah basah, entah sejak kapan.

Hatiku berdenyut nyeri.

Ku coba sebisa mungkin untuk menahan rintihanku, sakit. Hatiku sakit.

Sebuah tangan menarik pinggangku ke belakang. Membuat punggungku bersandar pada sebuah pelukan hangat.

"Kenapa, hm?"

Dia nyata.

"Mimpi buruk?"

Aku lega.

Aku menangis lega.

Baca Juga :

Diberdayakan oleh Blogger.
close