![]() |
Puisi Di Ujung Senja, Sebuah Renungan. |
DI UJUNG SENJA, SEBUAH RENUNGAN
Senja selalu punya cara unik untuk menyapa. Bukan sekadar peralihan waktu, melainkan sebuah jeda, titik temu antara riuhnya siang dan sunyinya malam. Di ufuk barat, langit mulai memulas dirinya dengan gradasi jingga, ungu, dan merah marun. Setiap sapuan warna adalah bisikan, cerita tanpa kata tentang hari yang telah berlalu.
Angin sore berembus pelan, mengusap dedaunan yang menari dalam hening. Ada aroma tanah basah bercampur wangi melati yang samar, seakan alam ikut merayakan perpisahan ini. Cahaya matahari, yang tadi begitu beringas, kini melunak, memanjangkan bayang-bayang pepohonan hingga menyerupai raksasa-raksasa yang membisu.
Di ujung senja, segala sesuatu terasa lebih pelan, lebih dalam. Kita terdorong untuk merenung, membiarkan pikiran berkelana pada jejak-jejak hari. Apa yang telah kita lakukan? Kata-kata apa yang terucap? Senyum mana yang terbagi? Penyesalan mungkin menyelinap, seiring dengan harapan-harapan yang masih tersemat.
Siluet burung-burung pulang ke sarangnya, membentuk garis-garis hitam di kanvas langit. Mereka terbang beriringan, seolah memberi pelajaran tentang kebersamaan dan pulang. Dan di sanalah, di antara bisikan angin dan tarian cahaya, kita menemukan ketenangan. Sebuah penerimaan bahwa setiap akhir adalah awal dari sesuatu yang baru, setiap senja membawa serta janji fajar.
Sampai akhirnya, warna-warna itu memudar, digantikan oleh selubung biru gelap dan kerlip bintang yang mulai bermunculan. Senja telah usai. Namun, jejaknya, rasa syukurnya, dan renungan yang dibawanya, akan terus tinggal. Hingga esok senja kembali tiba, membawa serta cerita yang lain.
Purwokerto, 3 Juli 2025.
U. Gunawan.
Baca Juga Puisi Lain Di Penadiksi: