SENJA DI UJUNG DOA
Di ujung senja yang memerah, ketika langit melukiskan perpisahan hari, kudapati diriku terdiam. Bukan karena lelah, tapi karena takjub. Setiap gradasi jingga, ungu, dan biru yang perlahan memudar, seolah bisikan Ilahi tentang kefanaan dan keindahan. Ada ketenangan yang merayap di sela-sela pepohonan, seakan alam ikut bersimpuh dalam diam.
Di sinilah, di ambang pergantian waktu, doa terasa lebih dekat. Bukan lagi sekadar kata-kata yang terucap, melainkan getaran jiwa yang menyatu dengan hening. Setiap detik senja yang berlalu adalah pengingat akan seberapa kecil kita di hadapan ciptaan-Nya yang agung. Dan di keagungan itu, tersimpan kerahiman yang tak terbatas.
Maka, biarkan senja ini menjadi ujung dari segala keluh kesah, dan awal dari syukur yang tak berkesudahan. Di setiap hembusan angin petang, kudengar panggilan untuk kembali, untuk merenungi, dan untuk lebih mencintai-Nya. Senja ini, adalah pengingat bahwa setiap akhir membawa serta awal yang baru, dan setiap kegelapan akan disusul terang.
Purwokerto, 28 Juni 2025.
U. Gunawan.
Baca Juga Puisi Lain Di Penadiksi: