Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

Gak Merokok Itu Banci! - Risma Nailul Muna

Opini gak merokok itu banci!
Gak Merokok Itu Banci!

[OPINI] GAK MEROKOK ITU BANCI!

Di berbagai budaya pergaulan, terutama di kalangan laki-laki muda, merokok kerap dianggap sebagai simbol maskulinitas. Rokok seolah menjadi tiket masuk tak resmi ke dunia "kedewasaan" dan "kejantanan". Siapa yang menolak? Bersiaplah menerima cap "lemah", "banci", "anak mamah" atau "nggak asik".


Padahal, jika kita tarik ke dalam perenungan yang lebih dalam, apakah benar kejantanan seseorang ditentukan oleh asap yang dia hirup? Apakah maskulinitas semurah itu, sekadar mengikuti apa yang orang lain lakukan tanpa berpikir?


Butuh keberanian untuk berbeda. Dalam situasi sosial di mana tekanan kelompok begitu kuat mengatakan "tidak" adalah bentuk kecil dari revolusi diri.

Orang yang memilih untuk tidak merokok bukan berarti dia lemah. Sebaliknya, ia menunjukkan keteguhan karakter, dia tahu apa yang dia mau, dia tahu apa yang dia jaga, dan dia berani menolak walau harus menanggung ejekan.


Ini adalah keberanian yang tidak tampak dalam suara keras atau genggaman rokok, melainkan dalam diam-diam menjaga prinsip diri.

Baca Juga: [CERPEN] Steva Oh Steva - Fathul Mubin

Sayangnya, sebagian masyarakat kita masih mengaitkan "laki-laki sejati" dengan citra kasar: rokok, minuman keras, kata-kata keras.

Padahal maskulinitas sejati jauh lebih mulia dari itu: keberanian bertanggung jawab atas pilihan, ketegasan dalam kebaikan, dan kemampuan menjaga diri dari hal-hal yang merusak.

Seorang laki-laki yang tidak merokok justru sedang melindungi dirinya sendiri: paru-parunya, kesehatannya, masa depannya.

Apakah itu banci? Tentu tidak.

Itu adalah cerminan dari kedewasaan dan rasa hormat terhadap hidup yang diberikan Tuhan.

Baca Juga: [Opini] Parfum, Mitos, dan Realita - Risma Nailul Muna

Kita perlu mendobrak standar-standar usang yang sudah tak relevan lagi.

Laki-laki bukan diukur dari keberaniannya menghisap asap, melainkan dari keberaniannya memimpin dirinya sendiri.


Mungkin di tongkrongan itu, di tengah tawa yang membahana, sosok yang memilih untuk tidak merokok itu adalah satu-satunya laki-laki sejati yang ada.

Bukan karena keras suaranya, tapi karena kuat prinsipnya.

Bukan karena ikut arus, tapi karena berani berdiri melawan arus.

Baca Juga: [Puisi] Penderitaan ku tak sejalan dengan kebahagiaan ku - Elsa Y. Lely

Jadi, jika suatu hari kita menemukan seseorang yang berani berbeda, yang menolak merokok walau dianggap aneh, mari kita belajar darinya.

Karena di dunia yang penuh tekanan ini, menjadi diri sendiri adalah keberanian yang luar biasa.

Buku yang mungkin Kamu Suka:


Bantu share tulisan ini ke media sosial kamu, agar tulisan-tulisan di Penadiksi bisa lebih banyak dibaca dan lebih luas kemanfaatannya☺️ terimakasih✨

Memuat postingan...
Diberdayakan oleh Blogger.