Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

[GARIS MERAH] Buku Gurunya Manusia: Kenalan dengan Apersepsi dalam Pembelajaran

 


Garis merah Kembali hadir masih dengan bahasan buku karya Munif Chatib yaitu Gurunya manusia.

Baca Juga: [GARIS MERAH] Buku Gurunya Manusia Karya Munf Chatib-Bagian 1

Menit-menit pertama dalam proses belajar adalah waktu yang terpenting untuk satu jam pembelajaran selanjutnya. Narasi ini membuka rangkaian informasi dalam bab lanjutan dari buku ini.

Bahasan ini lahir dari minimnya pengetahuan guru mengenai kegiatan pembuka sebelum belajar, padahal dampak kegiatan pembuka sangat berpengaruh dalam proses belajar selanjutnya. Kegiatan pembuka ini biasa dikenal dengan istilah apersepsi.

Meski apersepsi bukan lagi hal tabu dalam ranah keguruan, namun ternyata masih banyak yang belum memahami pentingnya apersepsi dalam proses pembelajaran sehingga seringkali aperspsi diabaikan.

Apersepsi dapat diartikan sebagai kegiatan pembukaan sebelum memulai pembelajaran. seorang guru memilki kewajiban mengajar di kelas, namun hak mengajar merupakan milik siswa. ketika guru telah mendapatkan hak mengajarnya, maka setiap penyampaian dan proses belajar akan diterima oleh siswa. oleh karena itu, guru harus pro-aktif untuk mendapatkan hak mengajarnya. Salah satunya adalah dengan cara memberikan stimulus sebagai penarik perhatian siswa.

Contoh stimulus sederhana yang dapat dilakukan misalnya guru yang membawa media pembelajaran akan membuat siswa penasaran dengan materi yang akan dipelajari, guru mengajukan pertanyaan pemantik, guru meminta siswa berdiri atau berbaris untuk mestimulus motoriknya.

Teori apersepsi pertama kali diperkenalkan oleh Fredrich Hebart (1776-1841) yang dikenal dengan teori apersepsi atau teori herbatisme. Filosofi mendasar pandangan Fredrich mengenai teori apersepsi mengatakan bahwa manusia adalah makhluk pembelajar. Sifat dasar manusia adalah memerintah dirinya sendiri, lalu melakukan reaksi atau bereaksi terhadap intruksi yang berasal dari lingkungan, Jika dia dibekali oleh dorongan atau rangsangan (stimulus) khusus.

Baca Juga: GURU HARUS TAHU: Karakteristik Perkembangan Sosial Emosional pada Anak Usia Dini

Prinsip manusia dalam Pendidikan menurut teori aperspsi

Manusia adalah Makhluk Pembelajar

Dalam buku Quantum Teaching karya Bobby DePoter, ia menyampaikan bahwa guru harus menganggap semua siswa cerdasa dan punya kemampuan tinggi. Hal ini perlu dibarengi dengan keyakinan bahwa setiap siswa punya niat baik untuk belajar. jadi pada dasarnya semua siswa siap untuk belajar, namun terdapat beberapa hal yang menyebabkan kesiapan belajar itu terganggu. Penyebabnya dapat berasal dari diri sendiri maupun luar diri, dan guru harus mampu membangitkan kesiapan itu kembali.

Sifat Dasar Manusia untuk Memerintah Diri Sendiri

Manusia memiliki organ yang paling penting dan kompleks yaitu otak. Segala bentuk hal yang dilakukan tubuh bersumber dari perintah otak dengan adanya rangsangan dari pancaindra lainnya. Setiap organ tubuh bekerja sama agar manusia dapat beraktivitas,

Taufik pasik dalam bukunya Revolusi IQ/EQ/SQ menjelaskan fungsi otak (cotex) manusia terdapat 3 fungsi yaitu sensorik untuk menerima dan memasukkan informasi, motoric untuk mengontrol Gerakan tubuh, dan asosiasi sebagai penghubung.

Ketiga fungsi ini saling berkaitan satu sama lain. manusia akan mendapatkan informasi dari rangsangan atau stimulus yang selanjutnya akan di proses dan otak akan memerintahkan tubuh untuk bereaksi terhadap rangsangan tersebut. Hal ini berlaku dalam proses pembelajaran, ketika guru memberikan sebuah informasi atau perintah, siswa akan otomatis memproses informasi di otak dan dihubungkan sebelum tubuh memberikan reaksi sesuai yang diperintahkan otak.

Manusia Bereaksi terhadap Intruksi dari Lingkungan yang dibekali Dorongan (Stimulus) Khusus

Banyak kasus yang terjadi di lapangan, satu kelas dengan siswa yang antusias dengan pelajaran, sedangkan kelas lain siswanya tidak antusias. Padahal guru memberikan materi yang sama dengan strategi belajar yang sama. Setelah dianalisis ternyata kelas dengan siswa yang antusias mendapat stimulus khusus yang membuat mereka tertarik dengan pembelajaran tersebut.

Stimulus khusus ini dapat dilakukan dengan menggambarkan manfaat ataupun penghargaa (apresiasi) yang akan mereka dapatkan setelah mempelajari materi tersebut. Stimulus ini akan lebih memotivasi siswa, nyatanya stimulus khusus ini diperlukan dalam proses pembelajaran.

Johan F. Herbart membagi landasan filosofis apersepsi dalam 3 tahap pembelajaran, yaitu:

1. Menerima rangsangan yang menitikberatkan pada kualitas informasi dan stimulus yang harus ada pada proses pembelajaran

2. Ingatan sebagai bahan pembentuk konsep pembelajaran berikutnya.

3. Pemahaman yaitu hasil pemikiran onsep dan generalisasi informasi yang sudah diterima

Ketiga tahapan pembelajaran ini saling berkaitan, siswa akan diberikan rangsangan yang membuatnya belajar dan memiliki konsep untuk pembelajaran selanjutnya yang berakhir dengan dihasilkannya konsep baru setelah menghubungkan ingatan demi ingatan dalam proses pembelajaran.

Baca Juga: GURU HARUS TAHU: Pendidikan Anak Berbakat

__________________________

Oleh

Rizka Awaliah

Mahasiswi Institut Ummul Quro Al-Islami Bogor

awaliahrizka105@gmail.com

Baca Juga:

- (Review Buku) Teach Like Finland : Berkaca pada yang Pertama

Source picture

Diberdayakan oleh Blogger.