Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

[Cerpen] Mimpiku Bersama Sahabat - Siti Khusnul Shoffiyah

Sumber gambar : https://pixabay.com/illustrations/ai-generated-children-friends-8649574/

Mimpiku Bersama Sahabat

Karya : Siti Khusnul Shoffiyah


Angin semilir di sore hari menemani aktivitas orang-orang yang masih sibuk dengan pekerjaannya. Sang surya yang begitu terik dalam peraduan langit biru tanpa malu memancarkan sinarnya. Segerombolan domba berlarian sedang mencari makan di ladang yang tak tertanami lagi oleh pemiliknya, kian menambah kehangatan sore itu. 

Waktu tengah menunjukkan pukul 15.30wib, Nayla sudah berdandan rapi dan lagi asyik duduk santai sembari nunggu anak-anak TPQ datang ke masjid. Satu, dua anak sudah mulai berdatangan, mereka menata dampar (meja kecil untuk mengaji). Nayla pun segera beranjak dari ruang tamu dan bersiap mengajar anak-anak TPQ. Tiba-tiba handphone nya berdering menandakan ada panggilan masuk, dari layar terlihat “Plend Q” yang berarti Sahabat ku. Iya benar, ternyata yang menelfon adalah sahabat Nayla yang bernama Syila. Mereka berdua sudah lama bersahabat, sejak mereka Aliyah (jenjang SMA) hingga saat ini akan lulus kuliah. Saat ini mereka berdua sedang proses menyelesaikan skripsi, dan sebentar lagi akan wisuda.

“Assalamu’alaikum Syil,,ada apa? Kok tumben sore-sore nelfon?” tanya Nayla mengawali perbincangan dalam telefon.

“Ini Nay, ada info lomba sastra”, jawab Syila dari seberang.

 “Dimana?” sahut Nayla penuh semangat. 

“Nanti link nya tak kirimkan lewat pesan saja, yang penting kamu nyicil aja dulu”, jelas Syila. Mereka berdua memang menyukai hal yang sama yaitu terkait dengan sastra. Mereka suka membaca, mengoleksi novel maupun cerpen. Bahkan si Nayla yang juga suka menulis cerpen ataupun puisi, kerap mengirimkan tulisannya pada majalah ataupun buletin kampusnya. Bahkan Nayla juga kadang mengirimkan naskah nya yang masih terbilang pemula itu pada koran-koran harian, namun sering gagal. Bahkan mereka berdua juga mempunyai mimpi untuk bisa memiliki taman baca anak.

Setelah beberapa menit Nayla berkomunikasi dengan sahabatnya tersebut, Nayla pun bergegas menuju ke masjid tempat anak-anak TPQ menuntut ilmu, kebetulan berada di seberang jalan rumah Nayla. Selama ini aktivitas Nayla selain menulis cerpen, setiap sore ia juga mengajari anak-anak belajar mengaji.

Matahari mulai tenggelam ke singgasananya di ufuk barat. Langit menampakkan mega merahnya, menandakan waktu akan menjelang maghrib. Burung-burung beterbangan menuju habitatnya. Orang-orang lalu lalang yang baru pulang mencari nafkah saatnya kembali pada keluarganya.

Setelah menjalankan sholat maghrib bersama orangtuanya di masjid, Nayla pun seperti biasa melakukan aktivitasnya membaca Al-Qur’an dahulu kemudian dilanjut makan malam. Selanjutnya Nayla mulai membuka laptopnya dan berkawan lagi dengan tulisan-tulisan ilmiahnya. Nayla berusaha menyelesaikan skripsinya tepat waktu. Handphonenya bergetar pertanda ada pesan masuk, dan ternyata dari Syila.

Baca Juga : [Cerpen] Tragedi Cinta Di Bumi Prambanan - Yohana Restu

“Gimana Nay skripsimu? Sampai mana?” tanya Syila dalam pesan singkat tersebut.

“Ini mulai ngerjain bab 3 Syil. Punya mu gimana revisinya kemarin yang bab 3? amankan?” tanya Nayla balik, yang kebetulan Syila lebih dulu mengumpulkan hasil penelitiannya.

“ya lumayan lah, nggak terlalu banyak”, jawab Syila.

“o iya Nay, itu tadi alamat e-mail yang buat lomba sastra, mungkin saja kalau cerpen mu masuk”, tambah Syila. 

Setelah beberapa kali saling kirim pesan mereka pun ganti fokus mengerjakan skripsinya masing-masing. Tak terasa kumandang adzan isya’ pun terdengar, sayup-sayup panggilan Illahi sudah terdengar di sudut-sudut mushola dan masjid sekitar. Nayla segera mematikan laptopnya dan bergegas ke masjid lagi, kebetulan orangtuanya tidak pulang karena menunggu waktu isya’ tiba. 

Sang surya pagi memunculkan sinarnya, memberi kehangatan kepada orang-orang yang menjalankan setiap aktivitasnya. Waktu telah menunjukkan pukul 07.00wib Nayla sudah bersiap untuk pergi ke kampus. 

“Bunda,,Nayla berangkat dulu ya? Assalamu’alaikum?” ucap Nayla berpamitan kepada ibunya.

Tak lupa tas ransel yang berisi laptop dan kebutuhan kuliahnya sudah siap, Nayla pun segera berangkat ke kampus dengan ditemani motor kesayangannya. Kebetulan hari ini Nayla ada janji dengan dosen pembimbingnya untuk konsultasi terkait skripsinya.

Sesampai di kampus Nayla langsung menuju ruangan dosen pembimbingnya, dan ternyata temannya yang satu pembimbing dengan Nayla sudah pada datang. Tidak membutuhkan waktu lama setelah diberi arahan oleh dosen pembimbing Nayla dan teman-temannya pun keluar ruangan. Dan Nayla pun langsung mengirimkan pesan kepada sahabatnya yaitu Syila.

“Syil,,kamu udah di kampus belum?” tanya Nayla singkat. Kebetulan mereka beda kelas dan beda dosen pembimbing. Sembari menunggu jawaban Syila, Nayla duduk di gazebo kampus yang kebetulan belum terlalu ramai.

“Eh Nay,ini aku baru sampe’ kampus. Aku mampir dulu ke tempat fotokopian dulu ya?” jawab Syila setelah beberapa detik.

“Oke. Aku tunggu di gazebo belakang mushola ya?” tambah Nayla.

Setelah beberapa menit Nayla menunggu, akhirnya Syila pun muncul juga sambil membawa tumpukan kertas skripsi.

Baca Juga : [Cerpen] Pamali Jangan Menyisir Malam Hari - Pena Malam

“gimana-gimana plend konsultasimu hari ini?” tanya Syila tiba-tiba pada Nayla.

“Lancar dan sudah langsung dapat pencerahan buat segera nyelesaikan skripsi”, jawab Nayla.

“Terkait lomba sastra, cerpen ku jadi kamu kirimkan gak? Ini file e udah tak bawa”, tambah Nayla.

“Oke, sini tak kirimkan”, sahut Syila sambil membuka laptopnya dan mengambil flashdisk milik Nayla.

“Semoga saja diterima ya? Setidaknya kamu udah usaha. Selain itu juga buat cari pengalaman Nay”, tambah Syila sembari memberi semangat kepada sahabatnya tersebut.

Meski persahabatan mereka terkadang penuh lika-liku, dan banyak perbedaan pada sifat mereka namun antara Nayla dan Syila tetap saling support dan memahami karakter masing-masing. Dan mereka berdua memiliki mimpi yang sama untuk diwujudkan, yang suatu saat nanti entah siapapun diantara mereka yang berhasil dahulu harus tetap menjaga persahabatannya. Mereka berdua berprinsip pada “Fastabiqul Khoirot” (Berlomba-lomba dalam kebaikan), tidak saling menjelekkan maupun menjatuhkan.

Diberdayakan oleh Blogger.
close