Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

[Cerpen] Ketemu Mantan - Uli Nasifa

Sumber gambar : https://pixabay.com/illustrations/man-fashion-pose-handsome-charming-5835659/

Ketemu Mantan

Oleh : Uli Nasifa


Matahari mulai merangkak naik tepat diatas kepala. Bel istirahat berbunyi, seluruh karyawan pabrik berhamburan keluar. Ada gurat wajah lelah di setiap mereka. Jam istirahat menjadi waktu yang ditunggu-tunggu untuk melenturkan otot-ototnya. Beberapa karyawan memilih langsung ke kantin ada pula yang ke mushola untuk shalat terlebih dahulu, ataupun berlarian keluar gerbang pabrik. Banyak pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai makanan disana. Mulai dari makanan pedas hingga yang manis-manis.


Warung Mbah Kabul yang terletak persis di seberang jalan pabrik adalah salah satu pilihan favorit untuk memanjakan lidah. Atau hanya sekedar duduk bersantai sambil minum kopi. 


"Mbah, esteh dong haus banget ni," seru Risky masuk ke warung menarik kertas daftar menu dan mengipasi dirinya.


"Ohh ya, jangan lupa, bakso nya satu. Lengkap ya, Mbah sama sayurnya yang banyak."


"Baksonya satu biji aja kan neng?" ucap Mbah kabul menggoda.


"Yaelah, Mbah." Bibir gadis berwajah cantik itu mengerucut.


"Iya, iya. Tunggu aja," 


Melihat wanita yang berdiri didepannya masih sibuk mempersiapkan pesanan, Risky langsung ngeloyor duduk di meja yang telah disediakan.


Dari arah gerbang pabrik, terlihat tiga orang sahabat karibnya, Inna, Meyra dan Riny. Sedang menyebrangi jalan raya, menuju warung lesehan Mbah Kabul. Begitu jalanan sepi, mereka langsung melenggang menghapiri Risky.


"Ky... Lo dah laper banget ya, sampe nggak nungguin kita!" Riny menggebrak meja.


Mata gadis bertubuh sintal itu memicing kemudian tertawa ringan "Hehe Iyeee, mana panas lagi." Megggerakkan lembar daftar menu ke arah wajahnya.

Baca Juga : [Cerpen] Fatin Karya Maulidya


Beragam yang mereka bicarakan. Sampai harus menguras energi, menyedot lemak, dan menyerap tenaga. Ada saling cubit, saling toyor, tak jarang sampai nyeri diperut karena tak mampu menahan tawa sampai terpingkal-pingkal. Keseruan yang mereka perlihatkan, bukan lagi sekadar teman, tetapi temon, tempat ngomongin hal-hal gamon, mungkin.


"Ini pesenan neng Risky, monggo." Wanita yang mulai beruban itu meletakkan pesanan Risky keatas meja.


"Mbah. Sekalian dong, ayam geprek plus nasi yah, es jeruk jangan lupa"  pesan Meyra.


"Gue juga dong, Ayam geprek plus nasi spesial pake telor dadar, es jeruk satu, dan kerupuk kentangnya satu bungkus ya, Mbah." Kata Inna sambil membaca lembar daftar menu yang tersedia disetiap meja. 


"Paan sih lo, banyak bener, pantes aja badan gemoy gini," tangan Riny mencubit paha wanita bertubuh besar itu. 


"Anjeeerrr." 


Mbah Kabul dengan seksama mencatat setiap pesanan yang ia terima. "Neng Riny, apa makannya?"


"Idem aja Mbah, kek yang laen," Riny, menjawab dengan santai.


"Idem itu bukannya warna kulit ya, Neng Riny kok kulitnya idem banget," ucap Mbah Kabul menggoda.


"Item, Mbah, item," keempat gadis itu menjawab kompak.


"Hahahaha." Mereka tertawa terpingkal-pingkal.


"Etapi beydewey, Riny iteman loh sekarang" Inna menabahkan.


Lagi, gelak tawa mengiringi makan siang mereka. 


"Tambah kerupuk udangnya enggak, Neng?" Mbah Kabul menawarkan sajiannya kembali. Menghentikan riuh. 


"Iyeee," mereka berempat kompak menjawabnya.


Tak lama, wanita pemilik warung itu dengan dibantu seorang pelayannya membawakan pesanan kemeja Risky, Riny, Inna dan Meyra. Keempatnya sudah tak sabar ingin segera melahap makanan kesukaan yang biasa dipesan di warung Mbah Kabul. Satu jam waktu istirahat memang harus benar-benar dimanfaatkan sebaik mungkin. Pasalnya, selepas jam istirahat mereka harus berkutat kembali dengan mesin-mesin perangkai sepatu.


Kisah unik dan asik. Dari pekerjaan yang melelahkan hingga obrolan mengenai teman kencan. Mereka tak menutupi satu sama lain. Risky yang dalam waktu dekat akan melangsungkan tunangan dengan Gio. Inna, belum jelas statusnya, hanya teman dekat saja. Sedangkan wanita berparas tomboy itu lebih memilih nongkrong dengan abang-abang pengangguran dibanding kencan dengan laki-laki yang ingin serius memiliki hubungan dengannya. Dan Meyra, sudah lima tahun menjalin hubungan dengan Ronal tetapi akhirnya kandas karena orang ketiga.

Baca Juga : [Cerpen] Saksi Sekejap - Egi David Perdana


"Kok bengong Mey, lo masih inget Ronal, yah. Dahlah, tiru tuh Risky, hari ini putus besoknya dapet ganti hahaha," celetuk Inna melirik ke arah Risky. 


Gadis yang sedari tadi asyik makan bakso itu langsung menoyor kepala Inna. "Aw," pekik Risky.


"Kangen lo, ya?" ujar gadis berbadan besar, Inna.


"Paaannn, enggak tuh," Meyra merajuk kala di bahas masalah mantan kekasihnya.


"Ehh, Kangen itu bukannya rumus trigonometri ya, sinus, cosinus dan ka-ngen," tambah Risky.


"Ituh Tangn, ferguso!" Meyra membulatkan bola matanya.


Ronal mantan kekasihnya lebih memilih wanita lain yang dikenalkan orangtuanya dan memutuskan Meyra. Meski mereka memilih sepakat berpisah tetapi gadis berwajah ayu tersebut, masih belum bisa melupakan sang pujaan hati. Dirinya masih terus terbayang sosok lelaki berambut ikal itu, Ronal. Kenangan yang sudah lama mereka lukiskan setiap waktunya, tak mudah bagi Meyra untuk mengahapusnya. Ronal adalah separuh dari dirinya.


Ditengah ramainya jalan dan panas teriknya matahari siang, sebuah mobil warna hitam mewah dengan merek terkenal berhenti di depan warung tempat ia dan teman-temannya mengisi perut yang keroncongan. Detak jantungnya mulai tak beraturan. Meyra sangat mengenali kendaraan berwarna hitam tersebut. Dahulu, setiap hari ia pulang pergi mengenakan kendaraan itu. Menenteng belanjaan dan jalan-jalan ke tempat wisata.


Samar-samar terlihat dari luar mobil, di kursi depan bagian kanan, seorang pria dengan wajah oval, berambut ikal, kulitnya putih, serta bola matanya yang kecoklatan, menghentikan nyala mesin mobil. Di sisi kirinya sedang melepaskan seat belt, seorang wanita berambut pirang sebahu, kulitnya putih dan matanya sipit. Di bagian tengah mobil, seorang gadis kecil yang mengenakan gaun berwana merah jambu berlengan pendek, bergerak turun dari mobil, diikuti oleh pria dan wanita tersebut. 


"Mungkinkah itu dia. Untuk apa mereka berada disni?" Meyra bergumam di dalam hati. "Semoga ia tak melihatku," racaunya lagi.


Tangan Meyra tiba-tiba menarik daftar menu menutupi wajahnya. Berusaha menghalangi pandang dibalik badan besar Inna.

Baca Juga : [Cerpen] Hamka Dan Goresan Hati - Nurul Afifah


"Ada apa Mey? Gue bau keringat elo nempel-nempel mulu, demen lo, ya?" 


"Pede amat lo, Na," ucap Meyra seraya menegakkan badan. Tetapi matanya terus mengikuti gerak pria dan wanita tadi.


"Lagian. Ngapa elo ngeliatin mobil item barusan kek orang ketakutan gitu?" seru Risky.


"Kenal lo? Sapa? Mantan, elo?" tanya Riny, matanya memicing, mencercar berbagai pertanyaan dan tangannya menunjuk ke arah pria yang sedang memilih menu di meja pojok warung lesehan milik  Mbah Kabul.


"Iyaaa, mantan gue!" sahut Meyra kesal, ia merasa dipojokkan oleh ketiga sahabatnya. 


"Haaahhh? Elo punya mantan seganteng dan setajir diaaa?" ucap ketiga sahabatnya, tak percaya saling memandang satu sama lain. 


"Iyaaa, mantan, mantan  majikan gue tuh, hahaha..." Meyra tertawa bahagia.


"Plaaakkk." Satu kibasan dari tangan Inna, menggunakan lembaran menu mendarat di wajah kemerahan Meyra.


"Aw."


"Diem, lo."


"Jadi, elo pernah jadi asisten rumah tangga, Mey?" Tambahnya menginterogasi.


"Iya, lebih tepatnya baby sitter sih, dulu, sebelum kerja di sini. Mengurus anaknya tuh yang kecil. Mandi, sarapan, berangkat sekolah, jalan-jalan, belanja juga."


"Pake mobil itu tuh," ucap Meyra, sambil melirik ke arah mobil hitam yang terparkir di depan warung.


"Sampe tidur pun, ama gue tu bocah," cerita Meyra cekikikan.


"Huuuhhhh....!" seru mereka kompak.


Tamat.


Brebes, 19 April 2024.

Diberdayakan oleh Blogger.
close