Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

Untuk Mereka Yang Tak Punya Hati - Akhdan Fikrul Akmal

Untuk mereka yang tak punya hati
TRAGEDI Kanjuruhan telah menewaskan 131 orang dan 323 korban luka - luka pada laga Arema FC
melawan Persebaya Surabaya pada tanggal 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten
Malang, Jawa Timur.

Mari kita luangkan waktu sejenak untuk mendoakan para korban dalam tragedi ini semoga diterima amal dan ibadahnya di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dalam menerima musibah ini.

Tragedi ini dinamakan “Tragedi Kanjuruhan” Tragedi ini merupakan peristiwa terkelam sepanjang sejarah Sepak bola di Tanah Air kita. Bermula ketika peluit panjang berbunyi tanda akhir dari laga antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan hasil akhir tim tamu berhasil mencuri poin dengan skor 2-3. Hal ini menimbulkan kekecewaan Suporter Arema FC terhadap kinerja tim yang tidak mampu menyelesaikan pertandingan dengan kemenangan, yang merupakan laga partai besar, Laga bergengsi atas Tim Rivalnya.

Pada awalnya ada beberapa Suporter Aremania memasuki lapangan. Mereka hanya ingin menghampiri pemain tim kesayangannya yang berada di tengah lapangan dan memeluk para pemain. Namun tak disangka selang beberapa menit kemudian disusul oleh ratusan suporter lain masuk ke lapangan untuk
menghampiri para pemain. Disinilah awal dari semua keributan. Aparat Kepolisian mengetahui banyak Suporter yang memasuki lapangan langsung mengamankan para suporter agar keluar dari lapangan sementara pada saat itu masih banyak pemain dari pihak Persebaya Surabaya maupun dari Arema FC.

Pada saat inilah situasi semakin tidak kondusif. Banyak Suporter yang berlarian ke tengah lapangan. Melihat kejadian ini pihak Aparat Kepolisian lalu menembakkan Gas Air mata ke arah tribun yang pada saat itu masih dipenuhi oleh Suporter. Sehingga situasi semakin memburuk. Melihat banyak Gas Air mata di tribun, para suporter panik dan berlarian menyelamatkan diri agar tidak terkena gas air mata dan mencari pintu keluar. Namun naas, pintu keluar Stadion tepatnya di pintu 13 tertutup rapat dan terjadi penumpukan di pintu keluar yang mengakibatkan banyak korban terinjak-injak, kekurangan oksigen, sesak napas, dan mata perih akibat gas air mata yang ditembakkan ke arah tribun yang mengakibatan ratusan nyawa melayang saat kejadian tersebut.

Melihat peristiwa ini timbul pertanyaan, mengapa aparat menembakkan gas air mata ke arah tribun yang tidak salah apa-apa yang notabene masih dipenuhi oleh penonton? Mengapa aparat membawa gas air mata ke dalam stadion dan menembakkannya ke arah penonton? Padahal sudah sangat jelas dalam peraturan FIFA yang tertuang dalam pasal 19 Nomor b tentang Pitchside stewards, yang berbunyi “No fi rearms or “crowd control gas” shall be carried or used” (Tidak boleh membawa atau menggunakan senjata api atau gas pengendali massa).

Apakah ini sudah sesuai SOP? Lantas SOP yang mana? Bagaimanapun juga menembakkan Gas air mata ke arah tribun adalah hal yang tidak bisa dibenarkan dengan alasan apapun. Dalam peristiwa ini ratusan nyawa melayang dengan sia-sia. Seharusnya mereka pulang sampai tujuan namun mereka pulang ke pangkuan Tuhan.

Semuanya akibat pengaturan massa semacam ini yang tidak memikirkan dampak dari penembakan gas air mata ke arah penonton. Sedih rasanya melihat saudara-saudara kami yang meninggalkan kita semua karena kegagalan pengelolaan massa suporter sepakbola yang ada di negeri kita. Sedih rasanya melihat anak kecil yang telah mendahului kita yang seharusnya perjalanan hidupnya masih panjang akan tetapi takdir berkata lain. Mereka meninggal dengan sia-sia, sungguh miris melihat kejadian ini.

Pada hakikatnya sepak bola untuk hiburan bukan malah memakan banyak korban. Untuk jajaran kepolisian hendaknya perlu mengevaluasi mekanisme pembubaran dengan aman dan nyaman tanpa harus ada banyak gas air mata yang berterbangan. Tidak ada Sepak bola yang sebanding dengan nyawa. Ini bukan hanya musibah bagi aremania tapi ini musibah bagi dunia sepak bola tanah air. Tidak sedikit Suporter yang memutuskan untuk gantung syal atau pensiun dari dunia suporter sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

Dukanya hilang namanya kembali terlupakan. Hastagnya tenggelam Suporter kembali bersorak. Tetapi ibu korban, seumur hidup akan membenci sepak bola. Kami berharap untuk pihak yang berwajib untuk mengawal kasus ini untuk mengusut tuntas setuntas tuntasnya apa yang telah terjadi saat itu. Semoga kejadian seperti ini tidak akan pernah terulang kembali. Sekali lagi tidak ada Sepak bola yang sebanding dengan nyawa! Salam Satu Bangsa, Indonesia!

Diberdayakan oleh Blogger.
close