Bilakah Bumi Memelukku?
Karya : Senandung Rindu
Ada satu rindu yang membahana,
Pada dekapan bumi pada diri yang fana,
Namun ada harap bisa dipeluknya dalam ketenangan yang sempurna,
Tanpa dera dan siksa akibat laku didunia yang membuat rindu peluk ini berganti rintih di sela-sela harinya.
Adakah rindu ini karena diri begitu lelah?
Atau karena diri yang tak sanggup lagi menahan rasa sakit yang mendera dialam fana?
Namun bagaimana kalau peluk itu menjadi jerat siksa,
Karena peluknya kan menghantarkan pada keabadian yang nyata.
Aku harus bagaimana?
Haruskah aku menunggu saja hingga saatnya tiba berdasarkan garis takdirnya,
Sambil memunguti ridho-Nya sebagai bekal nantinya,
Karena setelah peluk bumi mendekap diri, kemungkinan kembali pada fana adalah suatu mimpi yang kan sia-sia,
Hingga menyisakan sesal yang tak dapat dikembalikan sebagaimana adanya.
Tapi lelah ini tak tertahankan,
Rasa perih karena nestapa dan lara begitu menyesakan jiwa,
Sampai kapan diri ini mampu bertahan?
Hanya Dia penggenggam semesta yang bisa membalikkan segala rasa,
Menjadikan segala putus asa menjadi sebuah alunan merdu yang membisikan bahasa cinta Nya,
"Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan?"
Sebagai pengingat bahwa cinta-Nya jauh lebih besar dari segala perih yang mendera jiwa.
(Sudut Sunyi, 24 April 2024)