Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

Dear Perempuan - Moch. Karim Amirudin

Sumber gambar : https://pixabay.com/illustrations/yellow-wall-cat-girl-pet-animal-6243164/

DEAR PEREMPUAN

MOCH. KARIM AMIRUDIN- MPI 2A 2021


Perempuan merupakan wadah bagi generasi yang akan datang. Baik buruknya generasi tersebut, itu tergantung bagaimana para perempuan mendidiknya. Yang terpenting, yaitu Pendidikan akhlak dan tata krama yang baik. Itu juga dapat menunjang keberhasilan suatu bangsa yang mampu mengatasi sikap dan moral para generasi yang kurang baik di dalamnya dengan seorang perempuan. Bayangkan saja, jika para generasi sekarang akhlaknya kurang baik.

Misalnya selalu berbuat seenaknya sendiri, tidak mau mematuhi peraturan, dan selalu berbuat kerusakan, dan jika bangsa kita memiliki banyak orang-orang seperti itu pastinya akan hancur serta merugikan. Ya mau bagaimana lagi…. Pemudanya saja sudah tidak bisa di handalkan, dan belum itu saja.

Kehancuran tadi akan terus berkelanjutan dengan generasi yang akan datang lagi, dan begitu Seterusnya.. Dan bagaimana nasib orang orang baik? mereka lebih memilih berkelana ketempat lain mencari ketenangan dari pada mengurusi brandalan-brandalan yang berbuat kerusakan, dalam upaya menghilangkan konfilk yang mencengangkan, akan tetapi orang-orang seperti itu jarang ada. Di era sekarang sangat mudah bagi orang-orang terpengaruh dengan hal negatif. Salah satunya pergaulan bebas, kecuali jika meraka memiliki iman yang tertancap dalam hati denagn sangat kuat dan kokoh tampa tergoyahkan.

OK, karena disini saya membahas tentang perempuan, ada salah seorang perempuan yang di juluki the best mother di era tahun 90-an, yang dapat kita teladani sikap dan perilakunya yang sangat menyayangi kaum hawa. Beliau adalah RADEN AJENG KARTINI. Mungkin nama ini tidak asing lagi di telinga kita. Beliau lahir dengan sepasang suami istri berdarah ningrat. Ayahnya juga menjadi seorang bupati pada masa itu. Itu sebabnya beliau dijuluki Raden Ajeng. Di masa remaja RA.Kartini, banyak sekali penindasan yang dilakukan pada kaum lelaki terhadap kaum perempuan, seperti di poligami , di rendahkan, di ajak kawin paksa, di perlakukan seenaknya kurang lebih di perlakuan seperti budak.

Melihat hal itu, Kartini muda merasa iba karena sebagai perempuan, ia juga merasakan hal yang sama. Tak seharusnya para perempuan di perlakukan seperti itu. Dan parahnya lagi, para permpuan tidak boleh melakukan pendidikan sedikitpun kecuali kaum bangsawan. Mereka hanya boleh menghabiskan waktunya seharian untuk meladeni laki-laki. 

Baca Juga : [CERPEN] MELANKOLIS Karya:Anwari Andeng

Semakin melihat itu membuat amarah Kartini semakin meluap. Kartini bertekat untuk menganyam pendidikan dengan harapan ketika ia sudah lulus, maka Kartini sendirilah yang akan  memberikan pendidikan pada rakyatnya, terlebih kepada kaum perempuan. Memang adat jawa pada masa itu, para perempuan harus taat kepada para laki-laki Laki-laki harus di anggap layaknya raja. Akan tetapi, hal tersebut malah dimanfaatkan para laki-laki untuk mengklaim diri mereka yang paling berkuasa, mereka boleh melakukan apapun terhadap para peremuan.

Singkat cerita, setelah kelulusannya barulah gelar Raden Ajeng di berikan kepadanya. Ayah RA.Kartini berkeinginan untuk menikahkan putrinya kepada seorang laki-laki yang berdarah Ningrat juga. Karena ayahnya melihat dirinya sudah dewasa dan siap untuk berkeluarga. Namun, jawaban RA.Kartini tidak sesuai dengan apa yang di inginkan ayahnnya, ia menolak. Lantas, ayahnya marah besar. RA.Kartini takut jika ia di perlakuakan seperti permpuan pada umumnya dimasa itu. Adat jawa yang madih melekat di daerahnya memungkinkan RA.Kartini. Ia juga bisa di perlaakuan seenaknya. 

Karena adat tersebut tidak memandang keluarga Ningrat maupun rakyat biasa. Sekali perempuan tetap perempuan dan perempuan harus manut pada laki-laki. Yang di ingin kan RA.Kartini hanyalah mau mengamalkan ilmunya kepada raktyat. Terlebih untuk para ppermpuan. Mendengar pernyataan RA.Kartini ayahnya semakin marah dan hendak mengusir RA.Kartini dari rumah. Apapun keputusan ayahnya, Kartini akan menerima dengan tabah dan lapng dada. Langsung saja Kartini mengemasi barang-barang nya. Tak lupa ia berpamitan kepada keluarganya. Ibunya yang tengah menangis tersedu-sedu di peluk olehnya. Ibunya takkuasa melihat anaknya. Ayahnya yang tampak marah langsung saja melepaskan RA.Kartini daripelukan  ibunya dan mendorong hingga jatuh di halaman rumah. Kemudian pintu ruamah di tutup menyisakan RA.Kartini. ia perlahan mulai meninggalkan rumah di temani isakan tangis yang begitu dalam sakitnya.

Pasca perginya RA Kartini ia diantar kusirnya namun, hanya dipersimpangan desa saja si kusir tidak mau berurusan dengan ayahanda Kartini, ia sangat kasihan dengan Raden Ajengnya yang mengalami kemalangan, ia juga memikirkan nasib RA Kartini di perjalanan. Akan banyak rintangan berat yang dialaminya berkali-kali sikusir meminta agar RA. Kartini supaya pulang saja dan mau dinikahkan dengan pria bangsawan pula agar hidupnya tenang dan terarah. Namun, RA. Kartini menolak dengan senang hati ia berkata “Mboten nopo-nopo paklek kulo mboten tenang yen panggah terus-terusan ngeten niki nggeh.”

RA. Kartini langsung saja berpamitan pada sikusir setelah sampai dipersimpangan desa dan akan berniat akan melanjutkan perjalanan jauhnya. Pasca perjalanan, ia selalu menyempatkan diri bermain dengan anak-anak kecil yang berada disejumlah pedesaan. Dengan inilah RA. Kartini merintis pendidikan kepada kaum bawahan terutama pada kaum perempuan. Dengan berpindah-pindah tempat agar tidak diketahui para suruhan ayahandanya yang sudah tersebar di berbagai pedesaan. 

RA. Kartini juga memberikan pendidikan pada anak-anak, remaja, hingga orang dewasa yang rata-rata berkeja sebagai buruh. Semangat dan kegigihan RA. Kartini itu bisa rasakan sampai sekarang, bayangkan, jika tidak ada beliau maka kita semua sebagai rakyat biasa pasti akan kesussahan menganyam pendidikan terlebih juga para perempuan di masa itu. Berbeda dengan para perempuan di masa sekarang, mereka bisa leluasa menganyam pendidikan setinggi-tingganya. Untuk itu, kalaina sebagai perempuan manfaatkanlah waktumu dengan belajar selagi masih bisa. Dan belajarlah yang giat sebagai wujud pengorbanan terhadap beliau. Apa lagi yang bisa kita korbankan selain mau belajar.

Baca Juga : (Cerpen) Tidak Mengobati, Namun Menambah Luka Di Hati Karya Diana Saputri

Ingat…..! penjajahan di Indonesia masih berlaku yaitu penjajahan kebodohan sudah saya singgung di atas bahwa perempuan itu sebagai keberlangsungan hidup generasi mendatang. Mengapa demikian? Kualitas anak lebih banyak dipengaruhi oleh Ibu. Semakin luas pengetahuan dan pengalaman seorang ibu maka semakin cerdas pula anaknya. Bagaimana mungkin seorang ibu bisa mendidik anaknya tanpa sebuah pengatahuan. Sedangkan kita mengetahui bahwa ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya. Apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan anak dari ibu adalah pendidikan.

Memang, kecantikan seorang perempuan itu dari wajahnya namun, hal yang harus kita ketahui sebagai lelaki cerdas tidak hanya memilih perempuan dari kecantikannya tapi dari pengetahuan agamanya. Bayangkan, jika kita para laki-laki memiliki seorang istri yang cantik wajahnya, namun diajak bicara tidak nyambung. Mungkin kita para laki-laki akan kesal. Intinya, disini perempuan tidak direndahkan namun, kalian para perempuan harus hebat. Jadilah perempuan yang terdidik untuk melahirkan generasi-generasi berkependidikan. Terus perbaiki diri hingga kalian bertemu dengan pasangan yang pantas untuk kalian (tutur mas Fauzan dalam bukunya yang berjudul "success muda wy not).

Diberdayakan oleh Blogger.
close
Afiliasi