Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

Seni Berkomunikasi, Mengembangkan Diri dengan Berarti Untuk Orang Lain

Sumber Gambar: Pixabay

Penulis : Mushpih Kawakibil Hijaj

Dale Carnegie pada tahun 1963 pernah berkata, “Kemungkinan besar, masalah terbesar yang anda (manusia) hadapi adalah berurusan dengan orang lain.”[1] Yah.. Berurusan dengan orang lain merupakan masalah terbesar, disamping hal tersebut merupakan kebutuhan primer manusia.

Manusia merupakan makhluk sosial, sehingga keberadaan manusia lain sangat urgen bahkan wajib adanya. Dikatakan bahwa, manusia tidak bisa hidup tanpa manusia lain. Hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan dan keragaman dalam diri setiap manusia. Keterbatasan ini baik pada daya atau kemampuannya untuk menjalani kehidupan. Manusia satu membutuhkan bantuan manusia lain untuk menutupi atau menghilangkan keterbatasan tersebut. Adapun keragaman disini maksudnya adalah antara manusia satu dengan manusia lain memiliki kemampuan dan daya yang terbatas namun satu sama lain saling berbeda.

Berurusan dengan orang lain merupakan kebutuhan setiap manusia, namun terdapat permasalahan yang cukup besar disana. Bagaimana tidak, ketika kita berurusan dengan orang lain, sedikit saja kita melakukan kesalahan yang menyinggung perasaan dan norma seseorang maka urusan atau hubungan dengan orang tersebut seperti ternodai, bahkan bisa sampai tidak berjalan seperti seharusnya. Maka, sangat penting rasanya seni dalam berurusan atau berhubungan, dimana titik tumpunya ada dalam seni berkomunikasi dengan orang lain.

Pada era digital ini (The Digital Age), komunikasi bisa terjalin dengan sangat mudah dan cepat. Keadaan tersebut sangat positif, karena dengan begitu kebutuhan manusia bisa terpenuhi dengan instan, terutama kebutuhan untuk berkomunikasi. Dalam hubungan keluarga misalkan, zaman dahulu untuk berkomunikasi dengan orang tua atau anak yang sedang merantau diluar kota sangatlah lama. Kita perlu menulis surat dikertas, membeli amplop dan mengirimnya ke Pos. Datang suratnya pun tidak sehari dua hari, jika jaraknya jauh bisa berminggu – minggu. Coba bandingkan dengan sekarang, dalam hitungan detik surat atau pesan kita bisa tersampai dengan menggunakan smartphone. Kita bisa menggunakan aplikasi whatsapp, facebook dan lain – lain. Hal tersebut tentu sangat positif karena memberi kemudahan dan efektivitas waktu, sehingga kebutuhan berkomunikasi manusia bisa terpenuhi secara instan.

Namun, dibalik sisi positif adanya era digital terdapat sisi negatif. Komunikasi yang cepat dan instan seringkali salah ditafsirkan. Hal tersebut disebabkan karena media komunikasi instan diera ini masih belum bisa menggambarkan maksud pengirim sepenuhnya. Sehingga salah sedikit saja kata yang disampaikan bisa menyinggung perasaan dan kenyamanan orang lain. Maka seni berkomunikasi di zaman ini sangat penting agar apa yang kita komunikasikan dan tujuan atau maksudnya bisa tersampaikan dengan tepat.

Baca Juga :

James Humes mantan penulis pidato presiden Amerika Serikat pernah berkata, “Seni komunikasi adalah bahasa kepemimpinan.”[2] Maksudnya, ketika seseorang memiliki kemampuan dan keahlian dalam berkomunikasi ia dapat dengan mudah mempengaruhi dan mengendalikan orang lain. Seseorang yang dapat mempengaruhi dan mengendalikan orang atau kelompok secara hakikat adalah seorang pemimpin. Misalnya saja dalam keluarga, seorang suami merupakan seorang pemimpin, tapi jika kebijakan dan pengaruhnya dikendalikan oleh seorang istri maka secara hakikat istri tersebutlah yang menjadi seorang pemimpin dalam keluarga.

Saat ini kita hidup dimasa dimana pengaruh komunikasi dimenangkan oleh selebriti dan sensasi. Suatu hal mudah viral jika didalamnya terdapat drama dan sensasional yang pada dasarnya tidak penting dan berdampak untuk kita. Namun, karena hakikat ketidakpentingan itulah yang menjadikan pengaruh komunikasi karena sensasional tidak akan bertahan lama. Berbanding terbalik jika pengaruh tersebut didapat melalui prinsip – prinsip kebaikan. Seperti prinsip untuk tidak mudah menyalahkan orang lain, berbicara sesuai minat orang lain, jika salah segera meminta maaf, simpati dan empati, menolong dan membantu, serta kebaikan – kebaikan lainnya. Maka, pengaruh yang didapat dari hal tersebut akan jauh bertahan lebih lama. Dan dengan begitu juga anda bisa menjadi pasangan, orang tua, partner kerja, teman dan lain sebagainya yang lebih baik dan rendah hati. Sehingga pengaruh komunikasi yang kita berikan bisa lebih lama dan berkelanjutan. Contoh sederhananya seperti seorang artis, mereka yang terkenal karena sensasi biasanya hanya akan sebentar karirnya, meledak dan redup. Sedangkan artis yang memiliki nilai kebaikan dan ketulusan biasanya akan lebih lama karirnya, karena biasanya mereka memiliki pengaruh positif yang kuat terhadap fansnya. Sehingga fansnya tidak akan mudah berpaling dari mereka.

Maka titik poinnya adalah kita akan dikenal dan memiliki pengaruh yang lama dan berkelanjutan jika kita memiliki arti dan makna untuk orang lain. Tim Irwin seorang psikolog korporat dalam bukunya “Derailed” menerangkan enam kejatuhan CEO terkemuka. Kejatuhan tersebut dipicu oleh ketidakmampuan mereka dalam menjalin hubungan dan pengaruh yang berarti dengan karyawannya. Secara kecerdasan keterampilan (hard skill) seperti programing, membuat operasional kerja, perencanaan perusahaan dan sebagainya mereka sangat ahli. Namun, dalam keberpengaruhan yang berinti pada makna dan arti (soft skill) dengan karyawannya sangat rendah. Sehingga karyawannya merasa pimpinan mereka kurang memiliki empati dan belas kasih terhadap mereka. Yang akhirnya keterampilan hebat (hard skill) jika tidak dibarengi dengan perasaan tulus, senang dan bahagia dari karyawannya tidak akan berhasil seutuhnya. Karena karyawan menganggap diri mereka hanya bekerja dan dibutuhkan untuk mencapai kepentingan pimpinannya saja.

Contoh kecil lainnya, ketika kita menjalin pertemanan, namun kita mengetahui jika orang tersebut berteman dengan kita karena ada kepentingan pribadi atau maksud tersembunyinya. Maka, apakah kita mau mempertahankan pertemanan seperti itu? Jika pun kita masih mempertahankan pertemanan tersebut maka pengaruh mereka terhadap kita akan sangat sedikit. Kita dengan sendirinya akan ragu dan membatasi kepercayaan terhadap mereka. Maka dari itu, penting untuk menjalin pertemanan, hubungan keluarga, pekerjaan dan lain sebagainya dengan memperhatikan makna dan arti dalam jalinan tersebut. Supaya orang lain bisa mempercayai kita seutuhnya dan tulus berhubungan dengan kita. Karena jalinan yang tulus dan penuh makna serta arti akan membuka lebar jalan kita untuk mengembangkan diri ke hal yang lebih baik dan positif.

Ketika kita ingin mengembangkan diri menjadi seorang penulis misalkan, kita akan dengan mudah dan terbuka jika kita menjalin komunikasi dan hubungan yang penuh ketulusan dengan orang lain. Kita akan mudah dipercaya dalam pekerjaan, akan disukai tulisannya karena kita adalah seorang penulis yang sangat tulus dan dapat menghadirkan makna disetiap tulisannya, para pembaca akan terus mengingat tulisan kita karena mungkin saja tulisan tersebut berhasil mengubah hidup mereka. Dalam pekerjaan atau hal lain juga, kita akan mendapatkan kemudahan dalam menjalankannya, hal tersebut karena kita menghadirkan ketulusan, makna dan arti didalamnya.


[1] Dale Carnegie & Associates, Inc., Terjemahan Bahasa Indonesia : How To Win Friends & Influence People In The Digital Age, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2022), h. IX

[2] James Humes, Leading Thoughts : Quotes on Communication, Leadership Now (Blog), www.leadershipnow.com/communicationquotes.html

Diberdayakan oleh Blogger.
close