Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

[Cerpen] Sepotong Daging - Nurhalimah

Sepotong Daging

Langit bersinar cerah. Ada sepasang kakak dan adik yang tinggal di sebuah desa. Lokasi yang terpencil membuat mereka harus mencari makan di antara lebatnya belantara hutan. Si kakak datang menemui adiknya. Menanyakan sisa makanan yang ada di rumah.

“Dik, sisa makanan tinggal apa saja?” tanya sang kakak.

Adiknya langsung membuka lemari makanan. Ada satu potong roti yang didapatnya dari kota satu bulan lalu. Sangat jarang bagi si kakak untuk berbelanja ke kota. Hanya sewaktu-waktu saja. Ketika ada uang lebih, barulah membeli makanan di kota. Sisanya, mereka mencari makanan di hutan dan sungai.

“Tinggal sisa satu daging. Sisanya roti yang dibeli Kakak bulan lalu,” jawab adiknya.

“Ya sudah, kakak mau cari makanan dulu ke hutan, ya. Cari makanan lagi.” Si kakak mengelus kepala adiknya. Dia beranjak pergi ke luar rumah.

Dengan alat berburunya, sang kakak mencari hewan untuk diburu. Mencari tambahan daging untuk makan nanti. Tapi, sangat disayangkan tidak ada satu hewan pun yang muncul. Dia mencoba memasang perangkap di sungai. Memancing di sana berharap bisa mendapatkan ikan. Ia juga terus memerhatikan sekeliling barangkali ada hewan untuk diburu.

Hari mulai petang, namun tidak ada satu ikan pun yang masuk ke dalam perangkap. Kail pancingnya juga tidak ada pergerakan. Berulang kali ia mengatur posisi umpan untuk menarik perhatian ikan, namun tidak berhasil. Tidak ada satu hewan pun yang didapat hari ini.

“Ke mana, sih hewan-hewannya. Tumben sepi begini,” keluh si kakak.

Ketika sampai di rumah, sang adik menyambut kepulangan kakaknya. Dia menanyakan hasil buruan dari dalam hutan. Namun, sangat disayangkan. Sang kakak mengelus kepala adiknya sambil berkata, “Maaf, ya. Hari ini tidak ada daging tambahan.”

Si adik kecewa dengan jawaban kakaknya. “Lalu, bagaimana?”

“Makan daging yang ada saja dulu. Lagipula sudah digarami, tidak akan busuk,” balas kakaknya.

Sang adik mengeluarkan daging dari tempatnya. Sementara itu, kakaknya menyiapkan tungku berisi arang untuk membakar daging. Dia juga mengambil ranting kayu untuk menusuk daging sebelum dibakar di atas bara.

Lalu, sang kakak memotong daging menjadi dua bagian. Satu untuk dia dan satu lagi untuk adiknya. Aroma harum mulai tercium.

Dari arah lain, muncul satu orang bapak. Dia menghampiri si kakak.

“Nak, apa bapak boleh minta sebagian makanannya? Bapak belum makanan dari kemarin. Stok di rumah kebetulan sedang habis. Bapak tidak tahu lagi harus cari ke mana.”

Mendengar keluh kesah bapak tadi membuat hati sang kakak tidak tega. Dia memberikan setusuk daging miliknya ke bapak tersebut. Adiknya memprotes keras. Ia khawatir kalau kakaknya akan kelaparan jika membagi sepotong daging yang tersisa. Si bapak juga sempat bertanya ketika ia diberi setusuk daging. Tidak ada makanan lain, kecuali roti yang ikut dikeluarkan tadi. Walau begitu, si kakak tetap memberinya. Ia hanya memakan beberapa potong roti. Adiknya sempat khawatir, namun sang kakak berusaha untuk menenangkannya.

Keesokan harinya, sang kakak bingung mau mencari ke mana lagi. Dia mencoba berburu, namun masih saja nihil. Hingga akhirnya petang kembali datang dan mereka belum menyantap apa pun.

Tiba-tiba, bapak yang kemarin datang ke rumah mereka. Ketika mereka membuka pintu, alangkah terkejutnya kakak beradik itu melihat persediaan makanan satu gerobak penuh. Si bapak pun memberikan semuanya.

“Bapak tadi coba panen di ladang. Ternyata sudah waktunya. Kebetulan, semuanya laris di kota. Jadi, saya mau bagi sedikit rezeki untuk kalian. Diterima, ya. Lumayan buat stok makanan,” kata si bapak.

Akhirnya, mereka mendapat persediaan makanan lagi. Si adik maupun kakak tidak takut kehabisan bahan makanan untuk satu bulan berikutnya. Mereka benar-benar berterima kasih pada si bapak. Hampir saja mereka tidak makan seharian.

Begitulah kisah kakak beradik ini. Jangan pernah takut untuk berbuat kebaikan dan berbagi antarsesama. Berbagi tidak akan membuatmu rugi karena semua akan terganti sesuai dengan kehendak Ilahi.

Diberdayakan oleh Blogger.
close