Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

[Cerpen] Kedai Kopi - Risna Juwita

Cerpen kedai kopi
Cerpen Kedai Kopi.

Kedai Kopi

karya: Risna Juwita 


Mentari pagi selalu punya cara aneh untuk menyapaku di hari Selasa. Bukan lewat jendela kamarku yang menghadap timur, tapi dari sudut meja di Kedai Kopi Sastra, tempat aku biasa merajut skripsi yang tak kunjung usai. Hari itu, sinarnya memantul pada kacamata seseorang di seberangku.

Aku tahu namanya, Raka. Kami beberapa kali berpapasan di lorong kampus, dan kadang bertukar senyum canggung. Dia mahasiswa arsitektur, kemeja flanelnya selalu terlipat rapi meski rambutnya sedikit berantakan, seolah dia baru saja terbangun dari mimpi indah tentang bangunan-bangunan megah. Aku sering memergoki diriku sendiri diam-diam mengamati gerak-geriknya: cara dia menyeruput kopi, cara dia menggaruk tengkuk saat berpikir, bahkan cara dia tersenyum tipis ketika menemukan kalimat yang tepat di buku yang dibacanya.

Bukan cinta pada pandangan pertama yang menggebu-gebu, bukan drama Korea dengan hujan dan musik orkestra. Ini lebih mirip tetesan air yang perlahan mengisi wadah kosong. Dimulai dari kekaguman pada etos kerjanya, lalu beralih ke rasa penasaran terhadap isi pikirannya, hingga akhirnya, sebuah perasaan hangat yang aneh mulai bermukim di dadaku.

Hari itu, Raka tiba-tiba menutup bukunya. Matanya bertemu pandang denganku, dan dia tersenyum. Bukan senyum canggung seperti biasanya, tapi senyum yang merekah, menunjukkan lesung pipi samar di salah satu sisi.

"Skripsimu belum kelar juga?" tanyanya, suaranya sedikit serak, mungkin karena belum banyak bicara pagi itu.

Aku tertawa. "Ketahuan, ya?"

Dia hanya mengedikkan bahu. "Sama. Aku lagi buntu ide buat desain jembatan."

Baca Juga : [CERPEN] MELANKOLIS Karya:Anwari Andeng

Percakapan mengalir begitu saja setelahnya. Tentang skripsi, tentang musik indie, tentang film-film yang kami tonton. Ternyata, dia menyukai band yang sama denganku, punya selera humor yang mirip, dan yang paling mengejutkan, kami sama-sama benci sereal rasa jagung. Hal-hal kecil, remeh-temeh, tapi entah mengapa terasa begitu penting.

Ketika dia menceritakan tentang mimpinya mendesain rumah sakit ramah lingkungan, ada binar di matanya yang membuatku tak bisa mengalihkan pandang. Bukan karena dia tampan atau kaya, tapi karena gairah dalam dirinya begitu nyata. Saat itu, aku tahu. Ini bukan sekadar suka. Ini perasaan yang lebih dalam, yang menyelinap perlahan dan kini tumbuh besar di dalam hatiku.

Baca Juga : [Cerpen] Ujian Kesabaran - Risma Nailul Muna

Aku tidak tahu akan berakhir di mana. Mungkin ini hanya akan jadi cerita singkat tentang dua mahasiswa yang bertemu di kedai kopi. Tapi satu hal yang pasti, pagi itu, di Kedai Kopi Sastra, di antara aroma kopi dan tumpukan buku, aku tahu bahwa jatuh cinta itu tidak selalu datang dengan dentuman dramatis. Kadang, dia hanya datang pelan, menyelinap di sela-sela percakapan ringan, dan tiba-tiba saja, kau sadar bahwa duniamu telah berubah sedikit lebih cerah. Dan itu, sungguh terasa cukup.


Selesai.

eBook Cerita Pendek Motivasi Gratis / Free to Read Yang Mungkin Kamu Minati :

Silakan dapatkan eBook diatas secara gratis. Mohon bantuan share website ini supaya berkembang dan insyaallah lebih banyak pembaca yang memperoleh manfaat✨.

Memuat postingan...
Diberdayakan oleh Blogger.