Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

[Cerpen] Perjuangan Hidup Azar: Jalan Pulang di Tengah Kesulitan - Mushpih Kawakibil Hijaj

Sumber gambar: https://pixabay.com/illustrations/stone-push-overcoming-obstacle-2127669/
Azar terduduk di sudut ruangan kecil rumahnya. Pandangannya kosong menatap dinding yang retak di sana-sini. Pikirannya berputar pada satu pertanyaan yang terus mengganggu, “Kenapa hidupku penuh dengan kesulitan?

Azar adalah seorang pria yang dahulu penuh semangat. Ia pernah membuka usaha kecil-kecilan dengan harapan bisa mengangkat keluarganya dari kemiskinan. Tapi, semuanya tak pernah berjalan mulus. Partner bisnisnya pernah membawa kabur modal, dan usaha berikutnya bangkrut karena terjebak utang. Kini, ia terlilit utang besar, dan penagih hampir setiap hari mendatangi rumahnya.

Kenapa, ya Allah? Kenapa Engkau menjadikan hidupku seperti ini?” gumam Azar lirih. Air mata mulai mengalir di pipinya. Ia merasa telah berusaha keras, tapi seakan hidupnya selalu dihadapkan pada dinding besar yang tak bisa ia lewati.

Istrinya, Nisa, mendekat perlahan. Perempuan itu tahu betapa berat beban yang dipikul suaminya. Namun, ia juga tahu bahwa mengeluh tak akan menyelesaikan masalah.

Bang,” panggil Nisa lembut, “Mari kita salat dulu. Doa bersama. InsyaAllah semua masalah ada solusi dan jalannya.

Azar menghela napas berat. Ia tahu Nisa tak pernah lelah mengingatkannya untuk mendekatkan diri pada Allah. Namun, dalam hati, Azar merasa lelah berharap pada doa-doanya yang selama ini terasa tak pernah dijawab.

Apa gunanya, Nisa? Salat, doa, usaha... Semua itu tidak pernah berhasil mengubah nasib kita,” jawabnya dingin.

Nisa terdiam. Ia tahu suaminya sedang dalam kondisi tertekan. “Bang,” ucapnya pelan, “Allah tidak pernah salah, hanya kita yang belum paham rencana-Nya.”

Azar hanya mendengus kecil. Ia tak menjawab dan kembali tenggelam dalam lamunannya.


---

Suatu hari, seorang penagih utang datang ke rumah mereka dengan wajah penuh kemarahan. Ia menuntut Azar untuk segera melunasi utangnya yang sudah menumpuk. Azar berusaha menjelaskan bahwa ia butuh waktu, tapi penagih itu tak peduli.

Kalau kau tak bisa bayar, rumah ini akan kami ambil!” ancam pria itu sebelum pergi meninggalkan Azar dan Nisa dalam ketakutan.

Azar merasa dunia runtuh. Rumah kecil itu adalah satu-satunya tempat mereka berteduh. Ia tak sanggup membayangkan bagaimana nasib keluarganya jika mereka diusir.

Malam itu, Azar duduk sendiri di luar rumah. Ia menatap langit malam yang penuh bintang sambil merenung. Dalam hati, ia terus mempertanyakan keadilan Allah. “Kenapa Engkau ciptakan aku kalau hanya untuk menderita seperti ini? Kenapa Engkau beri aku cobaan yang tak sanggup aku hadapi? Ya Allah, mana kebaikanmu yang sering orang-orang ceritakan!?

Pikiran-pikiran itu terus berkecamuk hingga Azar terlelap dalam kesedihan.


---

Keesokan harinya, Azar memutuskan keluar rumah untuk mencari ketenangan. Ia berjalan tanpa tujuan hingga tiba di sebuah masjid kecil di pinggiran kota. Di sana, ia bertemu dengan seorang pria tua yang sedang duduk sambil membaca Al-Qur'an.

Pria itu tersenyum ketika melihat Azar. “Anak muda, kau terlihat gelisah. Apa yang mengganggumu?” tanyanya.

Azar awalnya enggan berbicara, tapi entah kenapa pria tua itu tampak begitu tulus sehingga ia pun mulai menceritakan semua masalahnya.

Setelah mendengar cerita Azar, pria tua itu mengangguk pelan. “Anak muda, kau tahu, dalam Al-Qur'an, Allah sudah menjelaskan bahwa manusia diciptakan dalam keadaan susah payah.

Azar mengerutkan dahi. “Maksud Bapak apa?

Pria itu membuka Al-Qur'an dan membaca QS. Al-Balad: 4:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْ كَبَدٍۗ ۝٤

Artinya: "Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah."

Allah menciptakan manusia memang untuk berjuang, Azar,” lanjut pria itu.

Kesusahanmu di dunia ini adalah bagian dari ujian. Jika kau bersabar dan terus berusaha, insyaAllah kesusahan itu akan diganti dengan kebahagiaan abadi di akhirat.

Azar terdiam. Ia merasa ada sesuatu dalam kata-kata pria itu yang menyentuh hatinya.

Tapi kenapa hidupku begitu berat?” tanya Azar pelan.

Pria itu tersenyum lembut. “Karena Allah tahu kau mampu menghadapinya. Jangan salahkan Allah atas masalahmu, Azar. Sebaliknya, mintalah kekuatan kepada-Nya untuk menghadapinya. Ingat, hidup di dunia ini hanya sementara. Jangan habiskan waktu untuk mengeluh. Berjuanglah, agar kesusahanmu cukup dihabiskan di sini, bukan di akhirat nanti.


---

Kata-kata pria tua itu terus terngiang di benak Azar. Malam itu, ia membuka Al-Qur'an yang sudah lama tergeletak di sudut rumahnya. Ia membaca beberapa lembar ayat Al-Qur'an dan tak terasa air matanya mengalir. Hatinya terasa terenyuh ketika menyadari bahwa Allah tidak pernah meninggalkannya.

Azar bertekad untuk berubah. Ia mulai bangun di sepertiga malam untuk salat dan memohon ampun kepada Allah. Ia juga berusaha memperbaiki usahanya, kali ini dengan lebih hati-hati dalam memilih partner bisnis.

Di sisi lain, Azar juga mulai membantu orang lain meskipun dalam keterbatasannya. Ia menyadari bahwa dengan membantu sesama, hatinya menjadi lebih tenang.


---

Beberapa bulan kemudian, seorang teman lama datang menemui Azar. Teman itu mendengar tentang usaha kecil Azar yang mulai bangkit dan menawarkan kerja sama. Awalnya Azar ragu, tapi ia mengingat nasihat pria tua di masjid. Dengan doa dan hati-hati, ia menerima tawaran itu.

Tak disangka, kerja sama itu membawa keberkahan. Usahanya perlahan berkembang, dan Azar mulai mampu melunasi hutangnya satu per satu.

Azar merasa semakin dekat dengan Allah. Ia menyadari bahwa semua cobaan yang ia alami selama ini adalah cara Allah untuk mendidiknya menjadi pribadi yang lebih kuat dan sabar.


---

Suatu sore, Azar duduk bersama Nisa dan anak-anaknya di halaman rumah mereka yang kini lebih layak. Ia memeluk anak-anaknya dengan penuh syukur.

Bang,” kata Nisa pelan, “Kamu sudah jauh berubah. Aku bangga padamu.

Azar tersenyum sambil menatap langit. Dalam hatinya, ia berbisik, “Terima kasih, ya Allah, telah membawaku kembali kepada-Mu.

Azar kini menyadari bahwa hidup memang penuh susah payah, tapi semua itu adalah cara Allah untuk mempersiapkan hamba-Nya menuju kebahagiaan yang hakiki di akhirat. Ia bersyukur karena akhirnya ia menemukan jalan pulangnya.

TAMAT. Cerpen ini ditulis oleh ChatGPT dengan ide, pengawasan dan revisi dari Mushpih Kawakibil Hijaj.

Diberdayakan oleh Blogger.