Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

Hindari Kebiasaan Salahkan, Omeli, Kritik dan Mencela

sumber foto : pixabay

Dalam kehidupan, “pengaruh” merupakan suatu jalan yang bisa digunakan untuk mencapai kemajuan. Namun, setiap orang memiliki definisi “pengaruh”-nya masing – masing. Hal tersebut bisa diorientasikan dari bagaimana pandangan seseorang tentang suatu hal. Misalnya, ada seseorang yang berpandangan bahwa kekuasaan adalah ketika kita memiliki kekuatan. Ada juga yang berpandangan bahwa kekuasaan adalah ketika kita memiliki kebaikan moral. Dari dua pandangan tersebut, maka bisa kita definisikan, bahwa “pengaruh” menurut pandangan pertama adalah kekuatan, sedangkan menurut pendangan kedua adalah kebaikan moral. Maka, penting rasanya ketika kita ingin berpengaruh untuk orang lain, kita bisa meluruskan tujuan dan makna dari apa yang akan kita lakukan.

Jika ditinjau secara pengertian khusus, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.[1] Sedangkan menurut para ahli pengertian pengaruh sebagai berikut :

1. Menurut Wiryanto, pengaruh adalah tokoh formal dan informal dimasyarakat yang memiliki ciri – ciri kosmopolitan, inovatif, kompeten, dan aksesibel dibandingkan dengan pihak yang dipengaruhi.

2. Menurut Robert Dahl, pengaruh diumpamakan sebagai berikut : A mempunyai pengaruh atas B sejauh ia dapat menyebabkan B untuk berbuat sesuatu yang sebenarnya tidak akan B lakukan.

3. Menurut Sosiologi Pedesaan, pengaruh adalah kekuasaan yang bisa mengakibatkan perubahan prilaku orang atau kelompok lain.

4. Menurut Bartram Johannes Otto Schrieke, pengaruh adalah bentuk dari suatu kekuasaan yang tidak dapat diukur kepastiannya.

Dari pengertian diatas, sepertinya bisa disimpulkan bahwa pengaruh memiliki kedekatan dengan kekuasaan. Sehingga bahasa pengaruh bisa dimaknai sebagai bahasa kepemimpinan.

Di zaman sekarang, perkembangan teknologi sangat pesat dirasakan. Namun, disamping dampak positif dari perkembangan teknologi yang semakin memudahkan manusia, hal tersebut juga memiliki dampak negatif terkhusus dalam media berkomunikasi. Karena teknologi bisa membuat reputasi dan pengaruh seseorang hancur dengan lebih cepat dan mudah. Maka, penulis terinspirasi dari saran Dale Carnegie yang merupakan salah seorang motivator dan pembicara terbesar abad 20, sarannya, “hindari kebiasaan salahkan, omeli dan kritik”.[2] Bagi penulis, saran ini sangat penting untuk diperhatikan di zaman sekarang, meskipun sangat sulit untuk dilakukan. Karena hidup di zaman sekarang dimana kita berkomunikasi di media digital yang sangat luas jangkauannya. Tidak terbatas pada wilayah, budaya dan nilai norma tertentu, sehingga bisa saja kata – kata kita bisa diterima satu kelompok namun merupakan kesalahan bagi kelompok lain.

Guy Kawasaki penulis Enchantment berkata, “Komunikasi digital membuat kita bisa menjangkau lebih banyak orang dengan lebih cepat dan dengan biaya yang lebih sedikit. Tetapi seorang pecundang tetap menjadi seorang pecundang. Teknologi bisa membuat reputasi seseorang hancur dengan lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan sebelumnya.”.[3]

Baca Juga :

Oleh sebab itu, jangan terbiasa untuk mengeluh, menyalahkan, mengomeli dan mencela orang lain. Karena bisa jadi hal tersebut memberikan dampak negatif kepada diri kita sendiri. Sebuah studi pernah dilakukan oleh Proofpoint pada tahun 2009, hasil studi tersebut menunjukkan bahwa 8% kasus pemecatan pegawai di perusahaan – perusahaan Amerika serikat dengan lebih dari seribu pegawai disebabkan oleh komentar – komentar mereka di situs – situs seperti Facebook dan Linkedln.[4] Sebuah prensentase yang cukup besar untuk hal yang dianggap remeh melakukannya.

Salah satu contoh pemecatan itu terjadi pada seorang pegawai di stadion Philadelphia Eagles. Dimana pegawai tersebut menulis status mengeluh, menyalahkan dan mencela tim Eagles karena telah melepaskan pemain kesayangannya, Brian Dawkins untuk bergabung dengan Denver Broncos. Katanya, “…dasar tim Eagles bodoh!...”.[5] Contoh lain pemecatan terjadi pada tujuh karyawan supermarket bernama Farm Boy mereka membuat sebuah grup di Facebook yang bernama “I got Farm Boy’d” digrup ini mereka mencemooh para pelanggan supermarket dan memuat serangan – serangan verbal kepada pelanggan dan staf.[6]

Meskipun mungkin dalam kenyataannya apa yang kita salahkan itu benar salah atau kita mencela seseorang yang memang pantas dicela. Namun, hakikat manusia adalah tidak suka untuk menjadi subjek yang dicela, mau itu mereka berhak atau tidak untuk mendapatkannya. Ketika kita menggunakan celaan, salahkan dan omeli hal tersebut sama seperti kita sedang menyerang orang lain. Maka mau tidak mau orang tersebut akan membela diri atau bertahan. Dan setelah semuanya terjadi dan larut, dimasa berikutnya orang tersebut akan memiliki perasaan waspada, mungkin dendam atau minimal timbul perasaan ragu yang berdampak pada hubungannya dengan kita. Bisa jadi, orang yang pernah kita cela dan salahkan, adalah orang yang akan berpengaruh pada kehidupan kita dikemudian hari, seperti calon investor atau partner kerja sama perusahaan. Karena kita pernah mencelanya dahulu, kesempatan untuk membangun kerja sama tersebut bisa saja kandas. Artinya, celaan dan salahkan yang kita lakukan pada ujungnya akan berbalik kepada kita dan bisa saja merugikan kita dimasa yang akan datang.

Untuk menghindari kebiasaan salahkan, omeli, kritik dan mencela ada beberapa saran yang bisa kita lakukan, yaitu :

1. Berusaha untuk menjadikan media yang kita miliki sebagai sarana untuk kita membangkitkan semangat dan nasihat kepada orang lain, bukan untuk dijadikan sarana mencari ketenaran dan mencari – cari kesalahan orang lain.

2. Berusaha melawan keinginan kita untuk menjelek – jelekkan seseorang meskipun kita merasa orang tersebut pantas mendapatkannya.

3. Buatlah pesan dan hubungan komunikasi yang berarti dan bermakna. Hal tersebut bisa kita mulai dengan membuang maksud – maksud tertentu yang menguntungkan pribadi ketika berhubungan dengan orang lain.

4. Tenang dan bijaksana sebelum dan ketika kita berkomunikasi dengan orang lain.

Dalam hal 4 saran diatas, ada pepatah, “Kita akan dihakimi dengan cara kita menghakimi orang lain, dan kita akan dinilai sesuai dengan standar yang kita gunakan untuk menilai orang lain.”

Di zaman sekarang kepandaian seseorang untuk merayu dan membujuk lewat kata – kata tidak lagi banyak berpengaruh untuk mendapatkan teman dan mempengaruhi orang lain. Yang diperlukan di zaman sekarang adalah kefasihan seseorang dalam berkomunikasi yang bijak dan bersahaja dari kemurahan hati dan kerendahan diri. Jangan terbiasa untuk menyalahkan, mencela dan mengomeli orang lain, gunakan kata – kata dengan bijak karena hal tersebut dapat memudahkan kita untuk membentuk sebuah jalan pintas. Sebuah jalan yang lebih cepat mengantarkan kita menuju kemajuan berkehidupan. 

Waktu : 06.20 WIB, Selasa, 01 November 2022.

[1] Pius Abdillah & Danu Prasetya, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Arloka, t.th.), h 256

[2] Dale Carnegie & Associates, Inc, How To Win Friends & Influence People In The Digital Age, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2022), h.4

[3] Lori Culbert, Ex-Doctor Fined For Facebook Comments, Vancouver Sun, 20 November 2010

[4] Lihat di situs Proofpoint, www.proofpoint.com/outbound

[5] Matthew J. Darnell, “Eagles Fire Employee For Calling Them ‘Retarded’ on Facebook”, Yahoo Sports, 9 Maret 2009, http://sports.yahoo.com/nfl/blog/shutdown_corner/post/Eagles-fires-employee-for-calling-them-retarded-?urn=nfl-146801

[6] “Farm Boy Workers Fired After Chat Site Critiques”, Ottawa Citizen, 18 Januari 2007, www.canada.com/ottawacitizen/news/business/story.html?id=8b2bf234-06b4-419f-b5f7-35e3dc338637.

Diberdayakan oleh Blogger.
close