Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

[Cerpen] Kesempatan Hidup - Fauziah Zahrotunnisa





Sayup-sayup terdengar suara gemuruh dari langit. Seperti awan yang akan menumpahkan rintik-rintik hujan. Mata ku terbelalak sempurna. Aku melihat sekumpulan burung yang ingin pulang kerumahnya. Aku mengamati burung itu. Seperti nya aku merindukan keluarga yang harmonis dan sejahtera.

Hujan pun turun dengan derasnya. Aku bisa meresahkan hembusan angin menerpa dedaunan. Aku mendekati balkon kamar. Rumah ku tepat berada di pesisir pantai. Rasa takut menyelimuti tubuh ku. Aku mengingat kejadian dahulu kala. Saat-saat terakhir kedua orang tua ku mempertaruhkan nyawa ku. Tsunami menerpa rumah ku dan para warga. Ayah dan ibu menyelamatkan nyawa ku. Namun naas ibu ku terbawa arus tsunami yang deras.

Derap langkah kaki menghampiri ku. Namun langkah nya yang tergesa-gesa membuat ku membalikkan badan. "Lea..." Itu suara ayah. Ayah aku rindu ayah, andai kala itu ayah tak menikah lagi mungkin tak seperti ini. "Iya ayah, kenapa berkunjung ke kamar Lea?" Aku berusaha menutupi kesedihan. Percuma saja, mereka tak pernah menganggap ku hadir. Setelah kematian ibu semua berubah.

Ayah menghampiri ku dan menangkup kedua pipi ku. Dia mengelum senyum, senyum hangat itu kembali ku rasakan. "Ada yang ingin ayah bicarakan. Ikut lah keruang kerja ayah..." Ayah menarik ku ke ruang kerjanya. Di depan pintu kamar, aku melihat dia?!. Dia ibu tiri ku dan anak nya. Ibu menatap ku seperti seorang pembunuh. Dan saudara tiri ku terlihat tersenyum menyeringai. "Apalagi yang mereka rencanakan?".

"Duduk lah..." Tutur ayah lembut. Entahlah perasaan ku tidak enak. Aku bisa melihat raut kecemasan ayah.
Ayah memberiku sebuah kotak surat di balut renda-renda merah muda. "Ibu?" Ucap ku lirih, ayah masih bisa mendengar ucapan ku. "Buka lah. Setelah ini kau harus pergi dan terima perjodohan itu..."

Deg...
Apa yang harus aku katakan pada ayah?. Aku tak bisa menerima kenyataan pahit ini. Setelah aku di vonis mengidap penyakit leukimia. Ayah menjodohkan aku dengan rekan bisnisnya?. Orang tua macam apa dia?. Hanya mementingkan bisnisnya. "Ayah tapi..." ayah memberi ku tatapan tajam. Yang artinya aku harus mengikuti semua perintahnya. "Baik lah" jawab ku pasrah. Aku membuka surat itu dengan hati-hati.

Surat untuk putri kesayangan ibu dari ibu...

Hai anak kesayangannya ibu. Apa kabar sayang?. Semoga baik-baik saja ya. Ibu tahu Lea pasti sedih, Jangan sedih lagi ya nak. Lea sekarang sudah besar bukan?. Terimalah perjodohan ini sewaktu-waktu ibu telah tiada nak. Ibu menginginkan kau bahagia dengan nya. Alkan itu anak baik nak. Terimalah perjodohan ini dengan lapang dada. Ibu ingin memberi tahu sebuah rahasia, jangan sedih. Lea itu bukan anak kandung ibu. Makasih sudah jadi Putri kebanggaan ibu sayang. Maafkan ibu.

Tertanda
Alena Prasetya

Bagai tersambar petir. Tubuhku lemas seketika. Aku tertunduk lemas di lantai. Ayah hanya melihat tanpa ada niatan menguatkan mental ku. Apalah yang ku harapkan dari nya. Aku meremas kertas itu lalu meninggalkan ruang kerja ayah. Aku masuk ke dalam kamar lalu setelah itu aku membanting pintu. Aku bergegas membereskan semua barang-barang ku ke koper besar. Biarkan saja mereka. Biar azab menghampiri mereka. "Ibu..." Aku mengambil bingkai foto ibu di atas nakas. Aku mencium foto itu dan langsung memasukan ke dalam koper.

Aku keluar dari kamar, dan langsung menuruni tangga dengan gontai. Aku melihat mereka tersenyum bahagia. Siapa lagi kalau bukan ibu tiri ku. "Aku pergi..." Kata ku lirih. Ayah sempat memegang pergelangan tangan ku. Tapi langsung ku hempaskan tanpa memperdulikan nya. "Terima perjodohan ini baru pergi Lea," aku menatap ke arah ayah tajam dan langsung meninggalkan nya. "Dasar anak tak tahu diri!!" Bentak ayah yang tersulut emosi. Aku membalikkan badan dan mengepalkan jari ku. "Terserah!" Kata ku singkat

"Jika kau pergi perusahaan ayah akan gulung tikar Lea. Persiapkan diri mu besok ayah akan nikah kan kau! Kau egois Lea!!" Aku terdiam sejenak. Aku berusaha mencerna ucapan ayah. "Suruh saja, Clara menikah dengan nya. Ayah yang egois bukan aku!! Aku pergi titip salam untuk ibu kesayangan ayah..." Aku segera berlari menuju pelataran rumah. Dan langsung menyetop taksi. Aku buru-buru menyebutkan alamat yang ku ingin tuju.

"Leaaa!! Dasar anak kurang ajar. Tak tau diri. Berani nya kau numpang hidup dengan ku!!!" Kata Alex geram. Bahkan dia membanting pas buka yang terbuat dari kaca. Alex tak memikirkan mental Lea maupun ke bahagian nya. "Ayah sudah lah. Aku yang akan menggantikan nya..." Ucap Clara sambil mengusap punggung Alex. "Diam kau!!" Bentak ayah Yang langsung membuat Clara bungkam

Di dalam taksi...
Lea menangis tersedu-sedu memikirkan nasibnya. Dia tak punya keluarga yang bisa menampung nya hidup sementara. Sang supir taksi yang memperhatikan nya dari tadi kini tersenyum menyeringai. Aku memperhatikan supir taksi dengan rasa cemas. Setelah ku lihat jalanan yang ku lalui ternyata ini bukan jalanan menuju bandara. Ini arah jalan ke rumah rekan bisnis ayah yang akan di jodohkan dengan ku. "Pak ini bukan jalan menuju bandara. Bapak mau membawa saya kemana..." Tanya Lea lemas. Keringat membasahi tubuh Lea. "Tenang lah nona. Kita telah sampai Turan lah..." Suruh supir taksi. "Ini rumah siapa?" Tanya ku penasaran padahal aku sudah tahu ini rumah dia!. Supir taksi menghiraukan ku dan langsung masuk ke rumah mewah bertingkat 5 itu.

Aku melangkah pelan. Aku sangat takjub melihat interior rumah megah ini. "Lea kemari lah..." Panggil seseorang. Aku melihat seseorang itu, sungguh sempurna. Badan yang tegap, hidung mancung, bibir merah, dan memakai setelan jas rapih. "Kau siapa?" Tanya ku sebelum mendekat. Dia meraih tangan ku pelan. Dia menuntun ku masuk. Aku terkagum-kagum melihat isi rumah ini. "Duduk lah nanti malam kau akan menikah dengan ku..."
Jedar....
Bagai petir yang menyambar tubuhku terasa lemas. Aku membuang napas gusar. Lalu menaiki tangga dengan di tuntun para pelayan di rumah ini. Malam pun tiba. Aku memikirkan cara agar bebas dari rumah ini. "Aku punya ide" ucap ku. Aku segera menuju balkon tak lupa membawa seprai yang telah ku ikat menjadi banyak. Aku turun dengan perlahan. Setelah sampai di pelataran rumah. Aku segera jalan mengendap-endap. "Yes berhasil..." Kata ku girang.

Di atas balkon terlihat seseorang tersenyum menyeringai. Dia terlihat sangat marah dan menggeram kesal. "Kurang ajar!! Bawa dia kehadapan ku!! Cepatt!" Suruh orang itu. "Baik tuan" semua pengawal segera turun ke bawah. "Lihat saja nanti..." kata nya geram sambil tersenyum menyeringai.

5 tahun telah berlalu....
Setelah kejadian itu Alea sering di siksa dan juga sering menjadi bahan pukul. Seperti majikan kepada pembantu nya. Namun lambat laut Alkan menaruh rasa pada Alea. Kini hidup mereka jauh lebih bahagia dari pada sebelumnya. Alkan yang dulunya arogan sekarang menjadi pria berhati tulus dan baik.

Sekarang mereka hidup di kota x. Bagaimana nasip ayah, ibu dan anak tirinya?. Mereka semua dipenjara karena sebenarnya ibu Alea meninggal karena sabotase mereka bukan karena tsunami. Ibu Alea masih hidup karena tertolong nelayan. Mereka lah yang merencanakan ini. Meraka membuat rekayasa seolah-olah terkena tsunami. Dan Alea mempercayai itu semua.

Setelah di telusuri lebih dalam. Ternyata Alex bukan lah ayah kandung Alea. Alex sebenarnya ayah nya Clara. Mereka licik, mereka membuat surat wasiat palsu. Ayah kandung Alea sudah meninggal karena dibunuh Alex. Surat yang Alea baca tempo hari sudah di rubah sekian persen isinya. Mereka menyatakan bahwa Alea hanya anak angkat. Sekarang mereka hidup dengan dunia yang sangat fana.

Sebenarnya Alea sudah mengetahui itu sejak lama. Tapi dia mengikuti sandiwara mereka. Hingga akhirnya Alea tak sanggup berpura-pura dan melarikan diri. Taksi yang mengantarkan dia ke rumah terkutuk ini adalah suruhan ayah nya. Namun rumah terkutuk ini kian menjadi rumah damai bagi yang singgah dan sungguh.

"Sayang..." Panggil Alkan pelan. Dia memeluk Alea dari belakang. Alea melepaskan pelukan itu. "Kenapa? Oh ya mana Viona?" Putri kecil mereka dinamakan Viona. Viona adalah anak Alkan dan Alea. Dia tumbuh menjadi putri cantik nan manis. "Mamah!!" Teriak anak kecil berumur 3 tahun. Anak itu berlari ke gendongan Alkan. Senyum manis dan lesung pipi membuat nya tambah cantik nan imut.

"Putri mamah ada apa? Kau lapar ya? Turun lah dulu. Nanti mamah nyusul.." kata Alea lembut sambil mengelus kepala Viona pelan. Viona turun dari gendongan papah nya dan langsung berlari turun. Alkan mendekati Alea. "Kenapa bersedih? Kau lapar bukan ayo turun..." Alkan menggendong Alea ala bridal style. Semua orang menatap pasangan ini dengan senyum ceria. "Tutup mata kalian! Sampai kalian menatap istriku lebih dari 3 detik. Ganti lah dengan nyawa kalian!" Perintah Alkan tegas. Para pengawal dan juga pelayan langsung menutup matanya. Sebegitu cinta nya Alkan pada Alea?. Hanya hati Alkan yang tahu.

Alea berjalan dan mendudukkan bokong nya di kursi sebelah Viona. Mereka terlihat seperti keluarga Cemara. Entah lah semoga saja seperti itu. "Vio mau makan apa sayang?" Tanya ku lembut berusaha mengalihkan pandangan Alkan. "Makan ayam kecap dan sayur saja Mah..." Aku segera mengambil ayam kecap dan tak lupa sayur. Jantung ku berdetak cepat saat mata ku menangkap manik mata elang milik Alkan. "Makan lah..." Aku menaruh sepiring nasi dan ayam di depan Alea tak lupa aku menyiapkan makanan untuk Alkan. Saat makan hanya terdengar dentingan sendok dan garpu.

"Ekhem..." Deheman Alkan pelan. "Bagaimana di sekolah Vio?" Tanya Alkan yang langsung dapat tatapan berbinar dari Viona. "Vio mempunyai banyak teman pah, Vio suka menulis bersama, vio suka gambar. Vio ingin mengajak teman Vio. Boleh kan Pah?" Tanya vio dengan puppy eyes nya. "Boleh sayang..." Jawab Alkan lembut.

Alea tersenyum mendengar dua makhluk di itu berbicara. Rasanya seperti minum air di tengah terik matahari. Semua yang Alea jalani cukup menguras tenaga. Namun perjuangan nya membuahkan hasil.
 
Cerpen Lainnya Klik Disini!
Diberdayakan oleh Blogger.
close