Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

Kajian Hadis Arbain: Hadis Ke-4: Tahapan Penciptaan Manusia dan Penetapan Rezeki, Ajal, dan Amalnya - Mushpih Kawakibil Hijaj

Hadis Ke-4: Tahapan Penciptaan Manusia dan Penetapan Rezeki, Ajal, dan Amalnya
Kitab al-Arbain an-Nawawiyyah.

Hadis Ke-4: Tahapan Penciptaan Manusia dan Penetapan Rezeki, Ajal, dan Amalnya

‌‌الحديث الرابع: [مراحل خلق الإنسان , وتقديرُ رزقهِ وأجلهِ وعملهِ]

عَنْ أبي عبد الرحمن عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوقُ: إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا نطفة ، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ إِلَيْهِ الْمَلَكَ، فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ، فَوَاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيُدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا. رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ , وَمُسْلِمٌ.[1]

Terjemah:

Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Mas’ud رضي الله عنه, ia berkata: Rasulullah telah menceritakan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan: "Sesungguhnya setiap dari kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari sebagai nuthfah (setetes mani), kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) selama itu juga, lalu menjadi mudhghah (segumpal daging) selama itu juga. Kemudian Allah mengutus malaikat kepadanya, lalu meniupkan ruh ke dalamnya, dan diperintahkan (untuk menulis) empat perkara: rezekinya, ajalnya, amalnya, dan apakah ia celaka atau bahagia. Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, sungguh, setiap dari kalian yang beramal dengan amalan penghuni surga, hingga antara dirinya dan surga hanya tinggal satu hasta (ukuran panjang lengan orang dewasa dari ujung jari tengah sampai siku atau sekitar 48 cm), namun telah tertulis takdirnya, lalu ia beramal dengan amalan penghuni neraka, maka ia masuk neraka. Dan sungguh, setiap dari kalian yang beramal dengan amalan penghuni neraka, hingga antara dirinya dan neraka hanya tinggal satu hasta, namun telah tertulis takdirnya, lalu ia beramal dengan amalan penghuni surga, maka ia masuk surga." (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Rasulullah saw. dikenal sebagai الصَّادِقُ الْمَصْدُوقُ yaitu manusia yang jujur dan benar serta dibenarkan. Al-Thufi menyebutkan:

والنبي - صلى الله عليه وسلم - صادق فيما أخبر به، مصدوق فيما أخبر لأن جبريل مخبره،[2]

Nabi saw. adalah orang yang jujur/benar dalam segala perkara yang beliau kabarkan dan beliau juga dibenarkan dalam perkara yang beliau kabarkan, karena jibril lah yang mengabarkannya.

Dalam hadis keempat al-Arbain al-Nawawi ini menunjukkan bahwa segala sesuatu telah ditetapkan dan ditakdirkan oleh Allah Swt. Manusia diciptakan dan dilahirkan melalui seorang ibu. Bermula dalam bentuk nuthfah yaitu mani selama 40 hari, kemudian menjadi alaqah yaitu darah kental yang menggumpal selama 40 hari, kemudian menjadi mudhghah yaitu sepotong daging kecil selama 40 hari, Ibnu Qutaibah berkata:

وَسميت بذلك لِأَنَّهَا بِقدر مَا يمضغ، كَمَا يُقَال غرفَة لقدر مَا يغْرف.[3]

Dinamakan mudhghah (yang dikunyah) karena ukurannya sebanding dengan apa yang dapat dikunyah, sebagaimana dikatakan ghurfah (sesendok/sekepal)  untuk menyebut ukuran yang dapat disendok/dikepal.

Jika ditelusuri dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang selaras dengan hadis ini. Yaitu Q.S. Al-Hajj ayat 5 dan Q.S. Al-Mu’minum ayat 12-14:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَاِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْۗ وَنُقِرُّ فِى الْاَرْحَامِ مَا نَشَاۤءُ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰٓى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔاۗ وَتَرَى الْاَرْضَ هَامِدَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَاَنْۢبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ.

Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada juga) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua, sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tetumbuhan) yang indah.” (Q.S. Al-Hajj ayat 5)

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ سُلٰلَةٍ مِّنْ طِيْنٍ ۚ

ثُمَّ جَعَلْنٰهُ نُطْفَةً فِيْ قَرَارٍ مَّكِيْنٍ ۖ

ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظٰمًا فَكَسَوْنَا الْعِظٰمَ لَحْمًا ثُمَّ اَنْشَأْنٰهُ خَلْقًا اٰخَرَۗ فَتَبَارَكَ اللّٰهُ اَحْسَنُ الْخٰلِقِيْنَۗ

12. Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati dari tanah. 13. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). 14. Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.

Kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh yakni sesuatu yang dengannya manusia hidup pada usia 120 hari atau 4 bulan. Dan diperintahkan untuk mencatatkan empat perkara. Pertama rezeki, yakni segala sesuatu yang digunakan manusia untuk menjaga kehidupannya seperti makanan, minuman dan lain-lain. Dicatat juga apakah rezekinya banyak atau sedikit, halal atau haram, dan dari arah mana saja ia akan mendapatkannya. Kedua ajal, yakni batas waktu kehidupan. Dicatat apakah ia akan hidup lama atau sebentar.  Ketiga amal, yakni segala perbuatan. Dicatat apakah ia akan melakukan amal baik atau buruk. Dan keempat, celaka atau bahagianya kehidupan manusia tersebut diakhirat kelak.

Hadis ini juga memberikan informasi bahwa segala yang terjadi pada manusia sudah tercatat sesuai dengan ketetapan Allah Swt. terjadi berdasarkan kehendak dan takdirnya. Allah Swt. menciptakan motivasi, pendorong atau penghalang yang mengarahkan manusia pada perbuatan baik atau buruk. Siapa saja yang telah ditetapkan sebagai orang yang bahagia dikehidupan akhirat maka Allah akan mengarahkan hati dan akhir hidupnya pada kebaikan. Sebaliknya  siapa saja yang Allah tetapkan sebagai orang yang celaka maka hati dan akhir hidupnya akan diarahkan pada keburukan. Bahkan jika ia seorang manusia yang sering beramal saleh namun ditakdirikan diakhir hidupnya terjerumus dalam keburukan maka tempat kembalinya adalah neraka. Sebaliknya, jika ia seorang manusia yang banyak melakukan dosa, namun diakhir hidupnya ditakdirkan bertaubat dan melakukan kebaikan maka tempat kembalinya adalah surga. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita, untuk berusaha istiqamah dalam kebaikan sekuat mungkin sampai akhir hayat. Karena kita tidak pernah tau, Allah mentakdirkan kita sebagai hamba yang bahagia atau celaka diakhirat kelak. Kita hanya bisa berusaha dan bertawakal didamping dengan doa agar penutup hidup kita adalah kebaikan (Husnul Khatimah). Nabi saw. bersabda:

إِنَّ العَبْدَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ وَإِنَّهُ مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ، وَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ الجَنَّةِ وَإِنَّهُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ، ‌وَإِنَّمَا ‌الأَعْمَالُ ‌بِالخَوَاتِيمِ.[4]

“Sesungguhnya ada seorang hamba yang melakukan amalan penghuni neraka, padahal ia termasuk penghuni surga. Dan ada pula yang melakukan amalan penghuni surga, padahal ia termasuk penghuni neraka. Sesungguhnya amal itu tergantung pada penutupnya (akhir hayatnya)."

Itulah penjelasan hadis ke 4 dalam kitab al-Arbain al-Nawawiyah. Sebagai penutup, dalam hadis ini terdapat hikmah yang besar. Diantaranya:

1. Manusia diciptakan secara bertahap dari air mani, menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging sampai menjadi manusia seutuhnya. Padahal Allah Swt. bisa saja menjadikan manusia secara langsung dalam bentuk yang lengkap. Namun, hal itu tidak dikehendaki oleh Allah Swt. karena akan menyulitkan seorang ibu dan menimbulkan ketakutan yang tidak biasa, sebab terjadi perubahan yang langsung dan sekaligus tersebut. Allah Swt. menghendaki perubahan secara bertahap supaya seorang ibu bisa menyesuaikan diri sedikit demi sedikit ketika sedang mengandung sampai akhirnya terbiasa dan tiba waktunya melahirkan.

2.  Proses penciptaan manusia secara bertahap ini menjadi tanda-tanda ke maha kuasaan Allah. Dimana ia bisa menjadikan setetes mani yang kecil menjadi manusia seutuhnya.

3. Menjadi pengingat bagi manusia untuk senantiasa bersyukur dan memuji Allah Swt. yang telah menciptakan kita dalam bentuk yang sebaik-baiknya.



[1] Imam al-Nawawi, al-Arbaun al-Nawawiyah, (Lebanon-Beirut: Dar al-Minhaj li al-Nasyr wa Tauzi’, 1430 H), h. 54.

[2] Najmuddin Sulaiman bin Abd al-Qawi al-Thufi, al-Ta’yin fi Syarh al-Arbain, (Beirut: Muassasah al-Riyan, 1419 H), juz I, h.84.

[3] Jamaluddin Abu Farj, Kasyful Musykil min Hadits al-Shahihain, (Riyadh: Dar al-Wathan, t.th.), juz I, h. 291.

[4] Imam al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (t.tp.: Dar Thauq al-Najah, 1422 H), juz VIII, H. 124.

Memuat postingan...
Diberdayakan oleh Blogger.