Pada Akhirnya
Pada akhirnya,
Perempuan itu lebih memilih menjadi hujan yang dadanya adalah amuk badai mengutuk cuaca, matanya mendung yang menuntun ke berkabung. Hingga musim patah-patah terbata-bata ucapkan selamat datang dan tinggal.
Pada akhirnya,
Perempuan itu memilih mengikat diri dengan tali puisi
dan menggantungnya di atas meja-meja mabuk literasi
yang dipenuhi tikai sengketa perihal puisi dan bukan puisi.
Pada akhirnya,
Perempuan itu memilih sembelih diri dengan diksi reruncing belati, tanpa sayat menjadi mayat. Tapi nadi tetap denyut seirama rima bersama penyair berjenama.
Pada akhirnya,
Perempuan itu memilih sebagai bisu yang membuka pintu pada ruang gelap yang tiada sahut, duduk di atas bangku puisinya, menunggu yang buta mengetuk jendela, lalu ceritakan tentang indahnya
warna-warna bianglala.
Kotagu Hayatudin.
Majalengka, 2024.