Selamat Datang di penadiksi.com | *Mohon maaf jika terjadi plagiat/copy karya kalian oleh penulis di web ini, segera laporkan ke penadiksishop@gmail.com karena kami bergerak dalam pengembangan penulis, baik untuk pemula atau profesional dan keterbatasan kami dalam penelusuran terkait karya, kami ucapkan Mohon Maaf🙏*

[Cerpen] PAMALI : Jangan Bersiul Malam Hari (Edisi 1) - Pena Malam

 

 Sumber Foto : Freepik.com

 

 

 

   Diantara teman-teman pasti sudah tidak asing lagi dengan kata pamali bukan? Pamali seolah menjadi salah satu budaya nenek moyang yang dilestarikan melalui bibir ke bibir.

   Pamali adalah pantangan yang tidak boleh dilakukan. Pamali dalam bahasa Sunda artinya sesuatu hal yang tabu, biasanya bertujuan supaya hidup kita hati-hati, waspada, saling menghormati dan melakukan sesuatu sesuai dengan waktu dan tempatnya, (Kumparan.com dan IDN Times)

   Pamali biasanya digunakan nenek moyang untuk membatasi atau menasihati anak yang bertingkah tidak baik agar anak tersebut merasa takut atau segan.

   Ungkapan 'pamali' ini bukan hanya dikenal di suku sunda saja, Suku Jawa juga menerapkan ungkapan pamali untuk membatasi tingkah anak-anak mereka. Namun, akibat pamali dari berbagai suku bermacam-macam meski larangannya serupa.

   Terlepas dari mitos-mitos yang ada, sebagian besar pamali sebenarnya bisa dijelaskan dengan logika dan bermaksud baik, sehingga kita bisa belajar darinya bahwa hukum sebab-akibat itu ada, dan bukan hanya sekadar mitos belaka.
 

PAMALI JANGAN BERSIUL MALAM HARI

   Joko adalah seorang pecinta hewan terutama burung. Hari ini bocah kelahiran Jawa itu tampak gembira sambil menenteng sebuah karung, terdengar kicau indah di dalamnya.

   "Wiss, Ko. Burung baru lagi rupanya?" tanya pak RT.

   Joko mengangkat karung dengan penuh kebanggaan sambil berkata, "Iya Pak, burung langka ini."

   "Ck ck ck, hebat tenan kamu. Dapat dari mana, Ko? Bukannya burung yang kemarin wis kamu jual?" Pak RT kembali bertanya dengan logat jawanya yang medok.

   "Anu pak … dari alas sugih."

   Mendengar itu Pak RT nampak kaget. Sudah bukan rahasia masyarakat kampung, bahwa hutan itu banyak dihuni makhluk halus. "Hati-hati kamu, ko." peringat pak RT.

   Joko hanya mengangguk dan segera berlalu menuju rumah sederhana di ujung perkampungan, rumahnya.

   Burung berwarna hijau dengan suara merdu itu segera Joko masukkan ke dalam kandang, burung itu langsung mengepakkan sayapnya berusaha keluar namun hal itu membuat Joko sumringah karena mendapat burung yang lincah.

   Beruntung sekali dirinya, pikir Joko.

   Suara kicau burung itu terdengar begitu intens meski merdu tapi tetap saja terasa cukup mengganggu. 
   
   "Joko, itu burungmu lebih baik dilepas saja, terlalu berisik." ujar ibunya.

   "Aku dah cape-cape tangkap, Bu. Masa suruh dilepas lagi."

   Sang ibu hanya menghela nafas berat dan meninggalkan putranya yang masih sibuk memberi burung itu makan.

   Malam tiba dan Joko nampak masih asik dengan burungnya. Sesekali dirinya bersiul sambil bermain dengan burungnya, dan dibalas kicauan serupa.

   "Apik tenan burungku ini," gumamnya tersenyum lebar.

   Bibimya kembali bersiul sambil menggerakkan tangan agar burung itu menjawab. Beberapa saat kemudian ibunya yang baru selesai solat Maghrib menghampirinya, "Hussh, jangan bersiul malam-malam. Pamali," tegurnya keras. 

   Joko melirik ibunya sekilas dan memutar bola matanya malas, selalu saja itu, pamali. Dirinya tak mengindahkan teguran sang ibu dan kembali bersiul.


   "Eh, kebiasaan. Dinasehati orang tua ora krungu terus,"

   "Memang kenapa sih, Bu? Joko cuma main sama burung Joko ini, dari dulu pamali-pamali terus. Takhayul itu, Bu." kesalnya.

   "Sakarepmu, awas aja. Ibu lepas itu burung kamu nanti,"

   Malam semakin larut dan Joko tampak belum bosan dengan burung barunya, selama itu pula dirinya bersiul diiringi kicauan burung Ibu Joko sudah menegurnya beberapa kali, tapi tetap saja anaknya itu bebat.

   "Joko, tidur sana. Sudah malam," ujarnya.

   "Bentar, Bu. Masih seru ini." Mendengar jawaban sang putra, spontan sang ibu yang sedari awal kesal semakin marah.

   Ibu Joko langsung merampas kandang burung itu dan melemparkannya ke luar hingga kandang itu rusak dan burung hijaunya terbang. Joko sangat marah, namun tak dapat berbuat apa-apa. Bocah itu merajuk dan segera masuk ke kamarnya hingga dirinya tertidur.

   Tengah malam, tidur Joko merasa terganggu dengan suara siulan yang terasa begitu dekat di telinganya. Tangan Joko meraih selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.

   Beberapa detik kemudian siulan itu kembali terdengar dan hawa dingin ditelapak kakinya mulai terasa. Perasaan Joko mulai tak menentu, matanya enggan terbuka karena terlalu takut.

   Siulan itu kembali terdengar, semakin jauh setiap menitnya, Namun, kali ini joko merasakan ada perubahan di kasur bagian belakangnya, seolah ada yang berbaring di sana.

   Siulan itu kembali memelan, Joko hampir bernafas lega. Namun, tubuhnya kembali menegang ketika merasakan sebuah sapuan dingin dari telapak kaki, masuk ke dalam selimut, melalui betis dan terasa tepat di belakangnya.

   Jantung Joko semakin berpacu tak menentu, matanya enggan terbuka dan tubuhnya seketika membeku.

   Siulan itu tak lagi terdengar, namun sebagai gantinya sebuah bisikan bersama nafas dingin menyapa gendang telinganya. "Kamu memanggilku Joko...?"
 
   Joko bernafas putus-putus, merasa semakin takut dan memberanikan diri membuka mata untuk memastikan ini hanyalah mimpi. Namun, yang dirinya lihat pertama kali adalah sebuah wajah pucat dengan mata hitam dan seringal menyeramkan ada di depannya dengan posisi terbalik. Ternyata sasok itu tengah melingkupinya sedari tadi.


___________

   Hai! Selamat datang di 'pamali' edisi pertama. Disini aku adaptasi ceita dari suku Jawa ya, tapi karena aku bukan orang Jawa mohon maaf kalo ada kata-kata yang gak sesuai dengan kosakata yang seharusnya.

   Sekedar info, banyak orang bilang semakin dekat suaranya, semakin jauh hantunya. Sebaliknya, semakin jauh suaranya, semakin dekat hantunya. Aku coba aplikasikan ungkapan-ungkapan masyarakat di edisi ini.

   Sekali lagi ini hanya fiksi, sebaiknya tidak usah terlalu percaya ya. Cerita-cerita ini 100% asli hasil pemikiranku ya, jadi mohon dihargai dengan tidak menjiplak atau meniru. Mohon dukungan teman-teman.

Diberdayakan oleh Blogger.
close