Selamat Datang di penadiksi.com

[CERPEN] Judgement Day–Chapter 1


Tiupan sangkakala pertama ditiup. Terkejutlah apa yang ada di langit dan di bumi kecuali yang Allah kehendaki - QS. [39] : 68. Tiupan itu berlangsung cepat, dalam sekejap mata alam semesta hancur lebur. Semua makhluk hidup, mati. Langit terbakar, menyusut menjadi merah kekuningan - QS. [55] : 37. Tiupan sangkakala ditiup kedua kali, tiba-tiba semua manusia serta jin dari zaman nabi Adam hingga ummat nabi Muhammad SAW bangkit, berdiri menunggu pada tempat rata. Memijak pasir putih. QS. [39] : 68.

Berbagai keadaan manusia sewaktu dibangkitkan menghadap Tuhan Mahaperkasa, Maha Mengalahkan! Laki-laki dan perempuan bercampur. Banyak yang telanjang, banyak juga yang mengenakan pakaian muhrim putih bercahaya. Ditempat Padang Mahsyar itu, terang oleh cahaya keadilan Tuhan seluruh alam - QS. [39] : 69. Semua mata manusia masih terpejam, sekali terbuka. Mereka terbelalak, melihat sekelilingnya. Lautan manusia! Keseluruhan rambut hitam mereka dalam hitungan sedetik telah berubah putih karena ketakutan luar biasa dan mencekik jiwa. Seandainya mereka bisa mati, maka tentu manusia yang menyaksikan kebangkitan akan berharap mati akibat teringat dosa-dosa semasa hidup. QS. [36] : 54

“Celakahlah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (Kubur)?” QS. [36] : 52

“Alangkah celakanya kami! Kami benar-benar lengah tentang ini, bahkan kami benar-benar orang yang zalim.” QS. [21] : 97

“Wahai! Sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama rasul.” QS. [25] :27

“Wahai, celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku),” QS. [25] : 28

“Alangkah celaka kami! (Kiranya) inilah hari Pembalasan itu.” QS. [37] :20

“Berapa lama kita hidup di dunia selama ini?!”

“Kamu tinggal (di dunia) tidak lebih dari sepuluh (hari).” QS. [20] : 103

“Kamu tinggal (di dunia) tidak lebih dari sehari saja.” QS. [20] :104

Orang-orang beriman, yahudi, nasrani, majusi, musyrik, dan kafir. Semua takut menemui hari penghakiman. Singkapan mata mereka terbuka lebar , menyaksikan kebenaran firman Allah Subhanahu wa ta'ala - QS. [50] : 22. Mereka saling memanggil, berteriak, diam bergetar tubuhnya, menangis, bingung, menyesal dan harap-harap cemas akan apa yang terjadi nanti. Banyak manusia berlarian mencari bantuan, mencari keberadaan nabi-nabi dan rasul mereka. Inilah hari penghakiman!
Mataku tajam memandang. –“Ada apa ini?” batinku dengan jantung berdetak kuat lagi cepat. Nafasku menyesak sampai tenggorokan. Kenapa orang-orang berlarian? Aku ada dimana? Begitu aku melihat tubuhku, telah memakai pakaian putih kain muhrim. Kulitku bercahaya, bekas luka pada punggung tangan kiri hilang. Padahal, aku ingat betul bekas lukanya dan kedalaman luka akibat peperangan melawan bangsa bar-bar Gog dan Magog. (Ya’juj dan Ma’juj). Siapa namaku? Oh, ya namaku Syidz bin Waraqah. Laki-laki muda pejuang sekaligus pembela agama Allah yang turut serta menemani nabi Isa melakukan perjalanan menuju bukit Tursina. Masih jelas aku mengingat, rasa sakit saat sakaratul maut! Bagai kawat panjang berduri masuk perut, menarik semua organ keluar. Menyakitkan! Aku masih ingat, kapan aku mati terbunuh ketika tertinggal dari rombongan Isa Al-Masih! Semua berubah gelap. Aku melihat surga dan neraka dengan berbagai ciri penghuninya, menjawab pertanyaan kubur dengan benar. Lalu, sekejap mata berada ditempat ini setelah mendengar malaikat berkata, “Tidurlah sampai menunggu hari berbangkit.” Menunggu? Hitungan sedetik sudah melihat lautan manusia? Inikah arti menunggu itu? Tidak ada bedanya menjalani hari ketika waktu pagi dan sore saja. Semua berlangsung cepat. Inikah kebangkitan itu? Allahu Akbar. Mulutku masih mampu bertakbir. Hampir tidak berkedip mataku melihat keadaan manusia yang berbeda-beda. Aku bisa melihat manusia buta disana, manusia tanpa kepala, manusia berkepala babi, manusia yang menyeret tubuhnya, sedang dia dinjak-injak, manusia kerdil, manusia bermuka hancur, makhluk bertanduk (Jin / Syaitan), dan manusia bercahaya dengan bekas darah di beberapa anggota tubuh (Mati Syahid).
Langit Padang Mahsyar turun kelompok malaikat dalam barisan teratur. Datang bergelombang, terus datang memperlihatkan sayap-sayap raksasa mereka yang bercahaya terang benderang. Jumlah sayap bermacam-macam - QS. [35] : 1. Inikah wujud malaikat itu? Aku tidak mampu berbicara langsung atau berteriak. Aku terlalu takut! Hanya sanggup membatin saja, sungguh aku ingin sekiranya tidak pernah dilahirkan jika telah melihat pemandangan agung seperti ini! Mengingat, amalku berantakan. Keburukanku jelas lebih banyak! QS. [11] : 103

“Hijran Mahjura!” seru para Malaikat - QS. [25] : 22. Aku tahu, kata-kata itu ditujukan kepada orang-orang kafir dan mereka yang celaka. Bahkan, aku merasa kata-kata mendebarkan itu untukku seorang. Seketika, semua manusia serta jin berhenti bergerak. Terdiam mendengar dahsyatnya suara para malaikat. Tiba-tiba, Padang Mahsyar bergetar! 

“Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.” QS. [40] : 59.  Terdengar suara bagai rantai bergemricing. Suara yang tidak bisa dijelaskan dengan pujian apapun. Semua tahu, termasuk aku bahwa suara menggelegar barusan adalah firman Tuhan yang Maha Esa! Tuhan telah berbicara, menunduklah manusia dan jin. Aku turut menunduk, banyak bertasbih. Terdengar pula golongan manusia shalih disekelilingku, bertakbir dengan nada bergetar juga menangis.

Tidak ada yang berbicara apalagi berlarian. Sunyi. QS. [78] : 38. Suasana Padang Mahsyar awalnya dingin menusuk, tapi kenapa tiba-tiba aku merasakan hawa panas bertingkat-tingkat! Allahu Akbar! Aku melihat atas, cahaya putih diatasku semula kecil, bertambah mendekat, terus membesar! Mataku sulit beralih, tidak ada kematian meskipun aku berlama-lama menatap matahari! Apa aku termasuk golongan beruntung? Ukuran matahari luar biasa besar, turun hanya berjarak satu mil diatas kepala manusia! Dalam hitungan detik, banyak manusia berkeringat! Semakin deras. Mengalir genangan air dibawah kakiku. Air mulai naik, kini sebatas lutut. Kemudian, naik sampai leher. Aku mengira akan tenggelam. Ternyata, perlahan aku merasa sejuk. Diatasku terdapat naungan awan yang melindungiku dari sengat panas mematikan matahari! Lautan keringat berhenti tepat leherku saja. Rasa takutku tidak akan hilang sampai jelas keputusan Allah untukku. Naungan awan, membuatku tiada henti bersyukur. Alhamdulillah sebanyak mungkin. Sedangkan, manusia sekitarku mulai tenggelam dengan keringat mereka sendiri. Tidak ada jalan melarikan diri. Semua menunggu, mendengar sang penyeru memanggil nama manusia satu-persatu untuk mendekat menghadap penghakiman Allah, dzat mutlak penguasa hari kebangkitan! Raja sebenar-benarnya! Keputusannya adil dan Hak! Aku memperhatikan setiap manusia berjalan maju, mengikuti panggilan tanpa berbelok-belok - QS. [20] : 108. Masih banyak manusia maupun jin yang belum mendengar panggilan sang penyeru. Aku menunggu, bahkan berharap tidak akan dipanggil. Rasanya berlangsung bermilyar-miliyaran tahun, aku berdiam tanpa lelah menunggu penghakiman Tuhan. Inilah hari yang serba sulit. Tidak mudah. QS. [25] : 26, QS. [54] : 8, QS. [74] : 9-10.

Aku tahu, menunggu antrian minyak jauh lebih baik daripada menunggu sang penyeru menyebut namaku. “Syidz bin Waraqah!” Sudah berapa lama, aku tahu sangat lama. Sekarang, namaku dipanggil. Sangat singkat! Terasa sebentar, padahal sudah berapa miliyar tahun penantian? Aku tidak menyukai ini! Aku berjalan tergesa-gesa mengikuti sang penyeru dengan kepala terangkat. Hatiku kosong. Suaraku rendah memuji Rabbul Alamin. QS. [14] : 43. Langkahku menemui akhir, sejarak satu kilometer menghadap tabir cahaya putih. Cahaya diatas cahaya. Disana, berdiri empat makhluk Allah. Mereka melihatku. Dua malaikat tinggi besar - Raqib dan Atid, membawa kertas catatan berada di bagian kanan. Sedangkan, bagian kiri berdiri sosok yang paras wajah serta penampilan fisiknya mirip denganku (Qarin)! Lalu, syaiton bertanduk berlutut patuh.

“Bukankah kebangkitan ini benar?” seru Allah membuatku takut berbicara atau membantah. –“Sungguh benar, demi Tuhan kami,” jawabku lirih - QS. [6] : 30. Sementara, jantung berdebar menyesakkan! 

“Katakan siapa dirimu!” Perintah Allah mencengangkan. Dari mana aku menjelaskan diriku? Apakah mulai dari perjalananku mengikuti Isa Al-Masih? Atau dari awal aku tumbuh dewasa? Apakah aku harus sombong menjelaskan bahwa aku anak Syeikh Alim yang menyerahkan dirinya ditangan Al-masih Ad-Dajjal? Siapa aku? Aku hanya manusia dari saripati hina! Kurun sekitar satu jam, aku belum menjawab. Entahlah, aku bahkan tidak tahu apakah hitunganku tepat.

“Syidz bin Waraqah. Siapa Engkau dihadapan-Ku?” Allah mengulangi kalimat-Nya. Sungguh mulia firman-Mu di dunia hingga di akhirat! Aku tidak enak hati, memaksa Allah mengulang pertanyaan yang seharusnya mudah aku jawab! Dengan penuh kepasrahan; aku menjawab, “Ya Rabb. Aku hanyalah hamba-hambamu. Engkau mengetahui apa yang ada padaku. Mahasuci Engkau!”

“Siapakah Aku wahai Syidz sang hamba Allah?!” seru Allah kemudian. 

“Pemilik hari pembalasan, Raja sebenar-benarnya! Tuhan yang Haq!” jawabku harap-harap cemas.

“Apakah selama hidup. Hidupmu dihabiskan hanya beribadah untuk-Ku?” seru Allah dengan pertanyaan tidak dapat aku duga. –“Benar, ya Rabb. Seumur hidupku hanya aku habiskan memuji Engkau, beribadah, dan menegakkan Amar Ma’ruf nahi munkar.” Kali ini aku merasa diriku benar. Aku harus membela diri. 

“Ya Rabb! Dia berdusta!” Tiba-tiba sosok syaiton penggoda menyela.

“Diam kau syaiton laknatullah!” Tentu aku marah, beraninya syaiton mengganggu persidangan. 

“Syidz! Lupakah engkau terhadap kejahatanmu dulu?” kata syaiton terkekeh meremehkan ingatanku!

“Demi Allah! Hamba telah bertobat. Setelah itu, hamba memperbaiki diri pada jalan-Mu…” Tidak aku gubris hasutan Syaitan penghuni neraka itu. Lebih baik, fokus menjelaskan semuanya pada Allah semata.

“Saudaraku benar. Kami hamba yang taat!” imbuh seseorang yang sama persis perawakannya denganku. Akhirnya, aku dibela sang Qarin. Pendamping selama aku hidup.
“Inilah catatan yang ada padaku…” Mengejutkan, salah satu malaikat mengangkat lembar catatan perbuatan. Aku kira, kedua malaikat itu akan diam saja menunggu hisab Tuhan selesai. Benar, aku teringat ayat Tuhan mengenai peristiwa ini ketika di dunia dulu! QS. [50] : 23.

“Wahai Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya, tetapi dia sendiri yang berada dalam kesesatan yang jauh,” sanggah syaiton memulai perdebatan antara aku dan Rabb-ku. QS. [50] : 27.

“Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku, dan sungguh, dahulu Aku telah memberikan ancaman kepadamu. Keputusan-Ku tidak dapat diubah, dan Aku tidak mendzalimi hamba-hamba-Ku.” QS. [50] : 28-29. –“Wahai Syidz dan Syaiton. Sungguh Aku lebih mengetahui!” 

Semua terdiam. Mata syaiton melirik jengkel kepadaku. Aku berusaha profesional dengan tetap menunduk menunggu kalimat Allah. Lalu, muncul layar besar dihadapan-Ku! Disana, aku melihat semua kisah hidupku dari lahir hingga wafat. Semuanya! Detail kecil, hari-hari yang aku lupakan, dosa-dosa-ku, Tobatku, Amal ibadahku, kesendirianku, kekhilafanku, sholat dan hafaan Al-Qur’an-ku. Semua terlihat! Aku menelan pahit ludah. Benar adanya, dosa yang aku kira tidak akan aku lihat; sekarang terlihat! Aku malu ketika melihat dosaku - menendang kucing yang sedang datang minta makan ke rumah. Lalu, suara batinku terdengar ketika merasa sombong dihadapan ayah. Sekarang, posisiku terpojok dosa-dosa. Bahkan, aku merasa persidangan ini akan berakhir buruk. QS. [25] : 23.

Tuhan berfirman, menyebutkan kebaikan-kebaikan yang aku kerjakan. Lalu, suasana bertambah tegang ketika Tuhan menyebutkan kesalahan-kesalahanku semasa hidup. Baik yang telah aku lupakan atau aku sadari. Sengaja dan tidak sengaja. Menjelaskan waktu-waktu ketika imanku hanya di lisan saja, segala hal yang sempat membuatku ragu ketika beranjak remaja, lalu melihat lawan jenis dengan gairah padahal aku memiliki hafalan Al-Qur’an. Belum lagi, hisab harta benda yang dititipkan padaku. Bagaimana aku memanfaatkannya, segala harta yang boros aku gunakan, sedekah yang banyak atau sedikit, dan anggota tubuhku digunakan untuk hal apa saja. Terperinci! Allah menjelaskan mata yang aku gunakan selama hidup telah melihat apa saja, menghabiskan waktu berjam-jam lamanya. Sedikit aku bicara, ketika Tuhan meminta kejujuranku tentang semua perbuatan secara lahir dan batin. Tiba-tiba mulutku dikunci. Seluruh anggota badan kecuali mulut mulai bicara. Sebagian mengatakan tangan kananku banyak digunakan bersedekah, dan kakiku berkata bahwa aku tidak pernah bersungguh-sungguh dalam berjihad. Mereka menjelaskan panjang lebar tentang perbuatanku. Bahkan, Tuhan berseru telah menjawab doa-doaku dulu tanpa aku sadari telah dikabulkan. Kebaikan apa saja yang diterima Allah dariku dan dosa-dosaku yang telah Allah beri ampun. Semua dihitung secara sempurna. Tidak ada yang tertinggal! Lalu, semua amalku ditimbang. Aku melihat amal burukku lebih berat! QS. [7] : 8-9. Sungguh, Allah Maha mengetahui segala sesuatu.    
Allah berfirman, “Inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya. Mereka memperoleh surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Itulah kemenangan yang agung.” QS. [5] : 119
“Wahai Rabbi! Sidang ini berlangsung lama. Apakah sekarang keputusannya?” Sungguh, aku berdiri bagai beribu tahun menerima hisab secara lengkap tanpa tertinggal. Sedangkan, aku tidak tahu kapan sidang ini akan berakhir. Aku khawatir, hisabku terlalu lama sehingga orang-orang dibelakang sana tidak sabar menungguku selesai. 

Tidak ada jawaban lagi dari Allah. Ternyata, dua malaikat saksi datang menghampiriku. Membawa kitab tebal yang aku pandang penuh rasa takut! Aku melotot kaget, padahal aku sudah percaya diri kitabku akan diberikan ditangan kanan, malah kitab catatan itu menyentuh punggung belakang. “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitung atas dirimu.” QS. [17] : 14. Aku menyesal kenapa dulu tidak memperbanyak amal ibadah. Amalku belum cukup masuk ke surga yang aku inginkan. Kitab itu aku ambil, membukanya mulai lembar pertama sejauh mata memandang. Catatan baik dan buruk. Dari terkecil hingga terbesar! Semua tertulis sebagaimana batas umurku selama hidup. QS. [18] : 49. Aku tiba-tiba ingin melihat sendiri apa yang salah dari amalanku! Membaca teliti lembar pertama ke lembar kedua. Seterusnya, sampai lembar batas usiaku. Semua benar. Kebaikanku tercatat, keburukanku juga tercatat. Ternyata, aku menyadari bahwa kebanyakan niat dalam hatiku karena manusia. Bukan Allah. Demikian, Allah tetap menyempurnakan balasan nikmat kebaikan saat aku hidup, mati, dan dibangkitkan.  

“Nanti kita minum-minum di neraka!” Syaitan tertawa menang. Sementara, aku menangis pecah. Mengeluh dan mengutuk nasib malangku!

Allah berfirman, “Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam Neraka Jahannam, semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala, yang sangat enggan melakukan kebajikan, melampaui batas, dan bersikap ragu-ragu. Yang menyekutukan Allah dengan tuhan lain, maka lemparkanlah dia ke dalam azab yang keras.” QS. [50] : 24-26.

”Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.” QS. [69] : 32
Aku terdiam menerima keputusan Tuhan semesta alam. Anak seorang Syeikh alim pun tidak menjamin dirinya akan selamat di akhirat sekalipun sejak kecil hidup bersama Al-Qur’an. Sekarang, aku akan masuk neraka Jahannam bersama ayahku sendiri. Aku yakin ayahku sudah pasti diseret! 

Kemudian, aku digiring bersama barisan ahlunnar yang lebih dulu perkara hisabnya diselesaikan. Tanganku dibelenggu - diangkat sampai menyentuh dagu. Leher dipasang rantai panjang terhubung antara anggota tubuh manusia dan iblis maupun syaitan disana. Kepalaku menengadah, berjalan dalam keadaan dahaga. QS. [40] : 71 
“Tahanlah mereka di tempat pemberhentian, sesungguhnya mereka akan ditanya.”

“Mengapa kamu tidak tolong-menolong?” QS. [37] : 24-25. Terdengar firman Tuhan mengepung langkah kami yang lelah diseret, diminta berjalan cepat oleh Malaikat pengiring. Sementara, wujud malaikat malik amat menyeramkan dan tidak terlihat senyuman sambutan untuk kami.

“Wahai malik! Dulu aku sering membuat orang tertawa. Bisakah aku membuatmu tertawa agar Engkau berdoa untukku, agar Tuhan menolongku disini?” Terdengar sahutan seorang manusia berkepala babi dengan perut buncit. Bodoh sekali, dia berani berkata seperti itu didepan malaikat penjaga pintu neraka. Meski, kami akan masuk neraka. Aku yakin, seandainya kami diberi rahmat oleh Allah untuk selamat, maka jalan selanjutnya adalah melewati jembatan Siratal Mustaqim! Belum tentu, aku bisa melewatinya. Sekali jatuh, terbakar habis tubuhku dalam amukan api neraka.

“Apakah rasul-rasul belum datang kepadamu dengan membawa bukti-bukti yang nyata?” tanya penjaga-penjaga Jahannam yang mengitari pintu masuk. Semua, termasuk aku menjawab takut, “Benar, sudah datang.”
“Berdoalah kamu sendiri!” seru malaikat malik menanggapi celotehan bodoh manusia berkepala babi menjijikkan itu! QS. [40] : 50
Satu persatu manusia masuk. Mereka berteriak luar biasa, aku dapat melihat dari kejauhan bahwa mereka diseret masuk kedalam lautan lava sangat panas. Keluar dalam keadaan hanya tinggal tulang belulang. Demikian, kulit dan daging mereka melekat lagi secara cepat! Pemandangan menakutkan! Aku berani bersumpah pada penghuni surga, betapa neraka adalah kediaman terburuk! “Apakah kamu mengingat semua kesenangan selama di dunia dahulu?” tanya penjaga-penjaga jahannam. Puluhan manusia bergeleng, “Demi Allah. Kami telah lupa bagaimana kesenangan itu!” 

Ketika semakin dekat rombonganku masuk pintu jahannam.; tiba-tiba, terjadi pertengkaran orang-orang yang baru saja memijak tanah neraka. –“Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan kami dari azab Allah walaupun sedikit saja?” Kata orang-orang lemah kepada orang-orang sombong. Ciri-ciri perut buncit mereka pasti karena mereka golongan orang kaya yang memakan harta haram atau enggan bersedekah. Paling buruk kemungkinan mereka memakan harta anak yatim dengan cara semena-mena. “Sekiranya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh atau bersabar. Kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri,” jawab orang-orang sombong dengan ciri beberapa diantara mereka memikul emas besar diatas punggung sehingga berjalan membungkuk. QS. [14] : 21.

Tunggu! Aku seperti mengenal seseorang pada barisan ketiga didepan. Dia celingak-celinguk bingung. “Hei! Dararoh!” Ya, aku mengenal fisik dan wajah laki-laki penghuni neraka itu. Dialah Dararoh, teman seperjuangan ketika bersama rombongan Isa Al-masih. Tidak kusangka, ternyata dia termasuk manusia ahli neraka! Tidak jauh berbeda denganku. Aku kira, dia adalah penghuni surga. 

“Syidz?” kejut Dararoh menoleh belakang. Berhasil mengetahui keberadaanku. –“Kau masuk neraka juga?” tanyanya bersamaan aku mengangguk sedih. Senyum Dararoh merekah. Bisa-bisanya bahagia melihat diriku ikut masuk. –“Nanti kalau kita disiksa, tetap bersama ya! Jangan kemana-mana,” lirih Dararoh sangat menyiksa jiwaku mendengar ucapan sembrononya.

“Kenapa kau bisa diseret? Bukankah kau pengikut shalih bersama nabi Isa dulu?” Aku bertanya hampir bisik-bisik, karena malaikat pengiring menggeram marah setiap mendengar manusia-manusia berbicara.
“Ternyata aku golongan orang munafik. Maaf, teman.” Dararoh menunduk sedih. Lalu, tidak melihatku lagi. Mungkin sangat malu.
Terus mendekat, bertambah dekat. Puluhan manusia didepanku tenggelam masuk lautan lava merah. Asap jahannam terlihat hitam, bahkan naungannya gelap hanya terdengar gemercik kobaran api membara. Aku sudah pasrah. Dimanapun tempatku, ini atas keputusan Allah. Tapi, anehnya tiba-tiba cahaya terang menghalau pandangan! Didepanku, cahaya itu mendekat, membungkus tubuhku entah akan terjadi apa!

Perlahan cahaya terang putih surut dan pudar. Aku terkejut! Aku beradaditengah-tengah manusia bercahaya yang berdiri didepan pintu gerbang raksasa surga. Malaikat-malaikat indah berseri bahagia menyambut kedatangan kami. Apa yang terjadi? Aku langsung bersujud. Benar-benar bersyukur! Allahu Akbar! Malaikat berseru, bahwa kami adalah golongan manusia yang mendapat syafaat Rasullullah dan syafaat kitab Al-Qur’an! Pertolongan nabi besar baginda Muhammad SAW atas izin Allah dan rahmat-Nya, kami dimasukkan ke surga Adn - QS. [19] : 68-72. Semua bersujud haru. Ketika bangkit lagi, aku menoleh sekeliling. Menghafal wajah-wajah indah bagai rembulan dari mereka. Sayangnya, aku tidak melihat Dararoh. Terpikir olehku, aku akan berkomunikasi dengannya ketika sudah masuk taman surga nanti atau berdoa agar dia juga masuk surga bersamaku.

“Salam sejahtera atasmu wahai penghuni surga Adn.” Sambut rombongan malaikat yang terbang mengitari.

“Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kami ke surga ini. Kami tidak mendapat petunjuk sekiranya Allah tidak menunjukkan kami. Sesungguhnya rasul-rasul Tuhan kami telah datang membawa kebenaran.” QS. [7] : 43

بَشِّرِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ ۗ كُلَّمَا رُزِقُوْا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِّزْقًا ۙ قَالُوْا هٰذَا الَّذِيْ رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَاُتُوْا بِهٖ مُتَشَابِهًا ۗوَلَهُمْ فِيْهَآ اَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَّهُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ

Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dari surga, mereka berkata, “Inilah rezeki yang diberikan kepada kami dahulu.” Mereka telah diberi (buah-buahan) yang serupa. Dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang suci. Mereka kekal di dalamnya. QS. [2] : 25.

Tamat.

Syidz terlalu sibuk memecahkan keperawanan bidadari-bidadari surga. Dia gembira dan mengurung niat agar Allah menyelamatkan Dararoh dari neraka jahannam. –“Syidz! Kau dimana? Janji kita disiksa bersama!” seru Dararoh dalam keadaan perutnya ditusuk duri panjang yang tumbuh dari dasar neraka jahim. 
______________________
Penulis: Fathun Mubin
Wattpad akun : FathulMubin22
Email : Mubin5849@gmail.com 
Instagram : calon_penulis_aamiin
Facebook : Mubin (Profil vector editor) ~

Diberdayakan oleh Blogger.